tag:blogger.com,1999:blog-41391862439381169472024-03-17T23:03:41.068-07:00SEJARAH ISLAMsemua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.comBlogger41125tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-360437924912028582012-03-14T00:52:00.001-07:002012-03-14T00:52:34.743-07:00alasan mengapa babi dan anjing di haramkan islam<b>Alasan Mengapa Anjing Dan Babi Di Haramkan Dalam Islam</b><br />
<br />
<b>Pandangan Islam</b><br />
<u>Rasulullah Saw bersabda :</u><br />
"Setiap binatang buas yang mempunyai gigi taring adalah haram dimakan." (HR Muslim)<br />
Anjing adalah salah satu hewan yg buas & mempunyai gigi taring. selain itu, setiap mendengar suara adzan, pasti Anjing selalu melolong panjang & suara itu bahkan bisa membuat anak2 bayi menangis, itulah yg menandakan suara2 setan yg keluar saat adzan dikumandangkan. anjing begitu peka dengan keberadaan setan. karena itu muncullah ayat untuk mengharamkan anjing<br />
<br />
<b>Menurut ilmu kedokteran</b><br />
Dlm tubuh anjing, mengandung banyak sekali kuman yg bisa mematikan manusia terutama pd liurnya. Seorang dokter pernah melakukan penyelidikan kenapa Anjing diharamkan oleh Allah, lalu dia melakukan percobaan dgn menempelkan sapu tangan ke tubuh seekor anjing, setelah dilihat menggunakan microscop, ternyata di sapu tangan itu mengandung banyak sekali kuman yg sangat berbahaya. Lalu dia mencoba menghilangkan kuman itu dgn mencucinya dgn sabun, tetapi kuman itu masih ada, tetapi setelah sapu tangan itu dicuci dgn tanah sesuai dgn yg diajarkan Rasulullah, ternyata kuman itu menghilang, itulah sebabnya mengapa jika menyentuh anjing kita harus mencucinya dgn tanah<br />
<br />
<br />
<b>Babi Haram!</b><br />
<img alt="anjing dan babi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD-BlhZx4CTEzHVe9JpjzzE4-V43Um9z_eRqiKEenPi_b4QO-KjdP0M4_Vp27EgxPs65CcbqtnHFkBwwmLFUYtOGv6ABgFzasl6Y2YLYsfbGQl7shEvwiSBF5zBGXRsD5sHL9dC1rFR_Y/s320/anjinm.jpg" /><br />
<br />
<b>Pandangan Islam</b><br />
Allah berfirman dlm Q.S Al-Baqarah ayat 173 yg artinya :<br />
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.<br />
<br />
<u><b>Pandangan Kedokteran</b></u><br />
<b>1. Babi mengandung Belerang dengan Kadar Tinggi</b><br />
Belerang pada babi sangat tinggi. Saat kita mengkonsumsi babi, belerang ikut masuk ke dalam tubuh dan terserap bercamput zat-zat lainnya. Belerang memiliki efek negatif untuk tubuh. Yaitu: menimbulkan penyakit infeksi persendian di mana belerang menumpuk di tulang rawan, otot dan saraf, mempercepat pengapuran, dan hernia.<br />
<br />
<b>2. Babi mengandung Hormon Pertumbuhan Dalam Jumlah Besar</b><br />
Hormon pertumbuhan pada daging babi membuat pertambahan jaringan lemak pada tubuh manusia. Jaringan tubuh menjadi bengkak penuh lemak. Orang yang sering memakan daging babi akan menderita kegemukan. Proses penimbunan lemak mempengaruhi pertumbuhan tulang pada hidung, rahang, tulang muka, tangan dan kaki, secara tidak normal. Hal ini akan meningkat menjadi kanker pada tubuh.<br />
<br />
<b>3. Babi menyebabkan Penyakit Kulit</b><br />
Babi mengandung dua zat berbahaya yaitu "histamin" dan "imtidazol". Kedua zat ini menyebabkan gatal-gatal pada tubuh, melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit menular: eksem, dermatitis, dan neurodermatitis. Penyakit lain yang mudah menyerang tubuh karena zat-zat ini adalah: bisul, radang usus buntu, penyakit kantung empedu, infeksi pembuluh darah nadi.<br />
<br />
<b>4. Babi adalah Penyebar Cacing Trichina</b><br />
Cacing bebahaya yang menyebar dalam tubuh sangat mengerikan. Cacing ini tinggal di jaringan otot rahang, lidah, leher, tenggorokan, dan dada. Otot-otot tersebut tersumbat dan menjadi lumpuh. Lebih parah lagi karena penyumbatan pembuluh darah balik, meningitis dan infeksi otak. Penyakit yang disebabkan cacing Trichina tidak ada obatnya.<br />
<br />
<b>5. Babi mengandung Lemak Berlebih dan Zat Beracun</b><br />
Lemak pada babi sangatlah banyak. Lemak tersebut masuk ke dalam peredaran darah dan mengakibatkan pengerasan pembuluh nadi, mempercepat tekanan darah dan penyakit jantung. Ada racun ajaib mengerikan bernama "Sutoxin" yang menyebabkan getah bening bengkak. Jika pada tahap pembengkakan serius maka sakit yang luar biasa akan diderita.<br />
<br />
<b>6. Flu Babi</b><br />
Ini adalah fenomenal besar bagi umat manusia. Flu Babi adalah penyakit peringatan akan perintah Allah yang sebenar-benarnya bahwa mengapa babi itu haram menurut Allah. Tentunya pelajaran ini diterapkan pada perintah-perintahNya yang lain. Pasti ada alasan-alasan dari Allah dalam pengharaman-pengharaman tentang hal lainnya yang belum banyak disadari ternyata alasan itu menyelamatkan hidup umat manusia. Flu Babi telah diprediksi sebelumnya sejak zaman Rosul. Semoga kita termasuk umat yang berpikir.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>7. Gen Babi dan Manusia Mirip</b><br />
Dikhawatirkan dengan memakan babi, sifat genetika yg dimiliki babi akan menurun pd manusia. Kehidupan babi yg kotor. Penelitian membuktikan kehidupan babi. Dibuat tempat yg bersih & terjaga untuk babi kemudian di kandang babi dimasukkan 2 jantan babi dan 1 betina. 2 babi jantan tersebut bergantian melakukan seks dengan betina.<br />
Ini berbeda dengan 2 ayam jantan yg akan bertarung untuk mendapatkan 1 betina. Namun, parahnya babi bergantian mendapatkan 1 betina. Sifat2 ini dikhawatirkan akan menurun pd manusia.semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-88044184575443887182012-03-14T00:46:00.002-07:002012-03-14T00:46:08.710-07:00Awas!!! INJIL MENYERUPAI AL-QUR’AN !!!<div style="text-align: center;"><u><span style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><b>Awas!!! INJIL MENYERUPAI AL-QUR’AN !!!</b></span></span></u></div><br />
<div style="text-align: center;"> </div><br />
<div style="text-align: center;"><strong><span style="color: teal;"><span style="font-size: medium;">Karena Injil Itu Berbahasa ARAB</span></span></strong></div><br />
<div>Oktober 3, 2007 — Zoe</div><br />
<div> </div><br />
<div><span style="color: red;"><span style="font-size: medium;"><strong>Assalamualaikum Wr. Wb.</strong></span></span></div><br />
<div> </div><br />
<div><b>Informasi ini adalah pemberitahuan dari seorang muslimin yang prihatin (Mohamad Hazari) dalam Bahasa Inggris tetapi telah di Bahasa </b><s>Melayu</s><b> Indonesiakan….</b><b><br />
<br />
</b><br />
<br />
Apabila saudara-saudari hendak membeli Al-Quran terutama edisi yang baru, maka berhati-hatilah kerana terdapat 4 surah palsu hasil ciptaan kafir laknatullah. 4 surat itu sebenarnya adalah ayat-ayat injil namun berbahasa arab. oleh karena itu sebelum membeli AL-QUR’AN telitilah dengan secermat mungkin ada yang salah atau tidak.</div><br />
<div>ayat-ayat injil berbahasa arab tersebut kemungkinan besar akan digunakan untuk membelokkan akidah umatt islam, agar umat islam mengakui kalau yesus / nabi Isa itu adalah Tuhan. karena di dunia ini hanya umat islamlah yang secara terang-terangan menolak ketuhanan yesus.</div><br />
<div> </div><br />
<div>surat-surat palsu itu adalah :</div><br />
<div><br />
<br />
<span style="color: red;"><b>a) Al-Iman</b><b><br />
<br />
</b><b>b) Al-Wasaya</b><b><br />
<br />
</b><b>c) At-Tajassud</b><b><br />
<br />
</b><b>d) Al-Muslimoon</b></span><b><br />
<br />
</b><br />
<br />
Jika Anda tidak percaya silahkan….klik:<br />
<br />
<a href="http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original/" target="_blank" title="http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original/">http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original/</a></div><br />
<div>di dalam website ini terdapat surah tersebut dan maksudnya sekaligus.</div><br />
<div>Adapun terjemahan isi 3 antara 4 surat-surat palsu tsb.</div><br />
<div><br />
<br />
<span style="color: red;"><b>Surat At-Tajassud (Penjelmaan)</b></span></div><br />
<div><br />
<br />
1. Puji syukur kepada-Nya yang telah menciptakan sorga yang tanpa batas.<br />
<br />
2. Dia ciptakan bumi yang sebagian terdiri dari air dan sebagian lagi tanah.<br />
<br />
3. Katakan pada orang-orang yang telah diperdaya oleh ajakan syetan : pikiranmu telah dibutakan sehingga kamu menuduh bahwa Allah itu keliru dan menjadi pengikut syetan.<br />
<br />
4. Syetan akan selalu menjadi musuh yang paling besar bagi manusia.<br />
<br />
5. Jika Allah menghendaki, Dia bisa membuat seorang anak dari batu, seperti yang telah Dia katakan pada alam ini : jadilah, maka akan jadi mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengkonsultasikan keputusan-Nya dengan orang lain.<br />
<br />
6. Mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengambil satu dari mahluknya sebagai anak.<br />
<br />
7. ; Katakan pada orang-orang yang masih meragukan apa yang telah diberitakan sebelumnya ; Kristus adalah bukan makhluk Allah, dia telah bersama Allah pada awalnya dan akan selalu bersama-Nya.<br />
<br />
8. Dalam Dia (Allah) dan dari Dia, dia (Kristus) berasal, bersama dengan jiwa-Nya, satu Tuhan, abadi, satu dan tidak lebih dari satu.<br />
<br />
9. Seperti seorang ayah yang mengirimnya kepada umat manusia seperti yang telah Dia janjikan.<br />
<br />
10. Dia tiupkan/turunkan se perti sabda kedalam rahim seorang perawan yang akan lahir sebagai manusia</div><br />
<div>11. Dia berbaur dengan manusia biasa, berwujud seperti manusia, mati sebagai pengorbanan atas nama manusia dan seperti manusia, juga dia dikubur kan /dimakamkan.<br />
<br />
12. Dan seperti Bapa yang ada di Surga, setelah 3(tiga) hari dia naik.<br />
<br />
13. Bagi siapa yang tidak percaya keajaiban-Nya, dan mengatakan hal-hal yang buruk tentang-Nya.<br />
<br />
14. Allah tidak akan melepas kanmu dari kemurkaan-Nya.<br />
<br />
15. Tapi bagi siapa yang percaya pada-Nya dan pada Almasih-Nya, mereka akan mendapatkan pengampunan dan surga dimana mereka hidup abadi.</div><br />
<div> </div><br />
<div><span style="color: red;"><b>Surat Al-Iman (kepercayaan)</b></span></div><br />
<div><b><br />
<br />
</b>1. Ceritera tentang beberapa pengikut dalam kitab, pada saat badai menghantamnya saat mereka sedang berlayar.<br />
<br />
2. Kemudian mereka melihat bayangan Kristus berjalan diatas a ir. Mereka lalu berkata : Apakah Tuhan kita itu sedang menertawakan kita atau kita yang sedang gila ?.<br />
<br />
3. Lalu terdengar suara aneh yang berkata : jangan takut ini aku,apakah kamu tidak melihat ?<br />
<br />
4. Maka, satu dari mereka berteriak : Tuhanku, bimbinglah aku, jika Kau memang disini, untuk berjalan diatas air. Ya Allah jadikanlah keraguanku ini menjadi sesuatu yang pasti.<br />
<br />
5. Dia (Allah) berkata padanya : kemarilah dan jadilah mu’jizat/keajaiban yang akan selalu diingat.<br />
<br />
6. Dan mulailah sang pengikut/umat tersebut berjalan, dia lalu lihat betapa kencangnya badai yang datang sehingga dia menjadi takut akan tenggelam, lalu dia berteriak lagi kepada Tuhannya untuk minta pertolongan.<br />
<br />
7. Dan Dia mengeluarkan tangan-Nya dan merengkuhnya sambil berkata :Oh? Kamu mempunyai sedikit kepercayaan, itulah hadiah/pahala bagi kamu sekalian yang ragu.<br />
<br />
8. &nbs p; Dan segera setelah Dia pergi dengannya dengan kapal tersebut,badai reda dan si pengikut ini mengucapkan terimakasih pada-Nya dan berkata :</div><br />
<div>9. Kau adalah benar-benar anak Tuhan; dalam dirimu kami percaya dan di depan-Mu kami berlutut.<br />
<br />
10. Dia berkata : Suka cita adalah untuk mereka yang percaya tanpa mencampur adukkan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang meragukan.Itulah keberhasilan yang sebenarnya.</div><br />
<div> </div><br />
<div><span style="color: red;"><b>Surat Al-Muslimun</b></span></div><br />
<div><b><br />
<br />
</b>1. Alief lam saad miim.<br />
<br />
2. Katakanlah : Hai kaum muslimin, kamu sekalian sudah tersesat jauh.<br />
<br />
3. Bagi yang tidak percaya kepada Allah dan Kristus-Nya, akan menikmati hari akhirnya dalam kobaran api dan siksaan yang pedih.<br />
<br />
4. Beberapa wajah pada hari itu akan terlihat memelas dan ketakutan mencari pengampunan dari Allah dan Allah akan menolong apa yang Dia inginkan (untuk ditolong).<br />
<br />
5. &nbs p; Pada hari itu Sang Maha Pengampun berkata : Hai umat-Ku, Aku telah mengarunia kan padamu petunjuk dalam Taurat dan Injil.<br />
<br />
6. Dan kamu seharusnya tidak memungkiri apa yang telah Aku perintahkan kepadamu dan menyesatkan diri dari jalan yang benar.<br />
<br />
7. Mereka berkata : kami tidak tersesat sendiri tapi dia (Muhammad) yang telah dijadikan salah satu utusan (Allah) telah salah memimpin kami.<br />
<br />
8. Dan Allah berkata : Hai Muhammad, kau telah membujuk umat-Ku dan menyebab kan mereka tidak mempercayai.<br />
<br />
9. Dia berkata : ya Tuhanku, adalah syetan yang telah membujukku dan sebenar nya akan selalu mengganggu anak-cucu Adam.<br />
<br />
10. Dan Allah akan mengampuni orang-orang yang telah terbujuk dan lalu menyesal dan dia akan memaksa dia yang telah terbujuk oleh syetan, yang menyedihkan.<br />
<br />
11. Dan jika Allah memerintahkan sesuatu, Dialah y ang paling tahu apa yang diperintahkan dan Dia dapat melakukan segalanya.</div><br />
<div><br />
<br />
<span style="color: red;"><b><br />
<br />
</b> </span><a href="http://els.fk.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=1002" target="_blank" title="Sumber utama artikel"><span style="color: red;"><br />
<br />
</span></a></div><br />
<div align="center"><span style="color: red;"><b>Siapakah gerangan tokoh kafir laknatullah yang hendak mengubah kesucian al-Qur’an itu??</b></span></div><br />
<div align="center"> </div><br />
<div>Siapakah pengarang Qur’an Palsu / injil berbahasa arab yang menghebohkan di Surabaya? Kemungkinan besar adalah Dr Anis Shorrosh, pastor evangelist Amerika yang mengaku lahir di Nazareth. Dia juga mengajar di sejumlah sekolah teologi dunia.</div><br />
<div>Liputan Kegiatan</div><br />
<div>Jakarta — Siapakah pengarang Qur’an Palsu / injil berbahsa arab yang menghebohkan di Surabaya? Kemungkinan besar adalah Dr Anis Shorrosh, pastor evangelist Amerika yang mengaku lahir di Nazareth. Dia juga mengajar di sejumlah sekolah teologi dunia.</div><br />
<div>Melalui situs Islam in Focus <a href="http://www.truth-in-crisis.com/TheTrueFurqan.htm" target="_blank">http://www.truth-in-crisis.com/TheTrueFurqan.htm</a> dia menawarkan ‘kitabnya’ Al-Furqanul Haqq atau The True Furqan. Dia mengaku telah menerjemahkan Al Quran yang orisinal ke dalam bahasa Inggris sejak setahun lalu.</div><br />
<div>Dia menyusun kitab dalam 77 surat dengan text Arab klasik plus terjemahannya dalam bahasa Inggris. Kitab itu ditawarkan dengan harga 19,95 dolar, dapat dipesat melalui internet atau surat ke Truth In Crisis PO Box 949 Fairhop, AL 36533.</div><br />
<div>Versi lengkap dari karangan Shorrosh itu pernah dimuat dalam situs SuraLikeIt via American On Line [AOL]. Karena menimbulkan keresahan dan sejumlah protes dari kelompok muslim AS, AOL kemudian membekukan situs itu. Tapi upaya penyesatan terus dialihkan ke situs Islam in Focus yang bermotto Truth In Crisis International.</div><br />
<div>Meski begitu, beberapa isi kitab itu masih tersedia gratis di beberapa situs. Antara lain di <a href="http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original" target="_blank">http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original</a> yang memuat empat surat. Yaitu: Al-Iman (10 ayat), At-Tajassud atau “The Incarnation” [15 ayat], Al-Muslimoon [11 ayat], dan Al-Wasaya (16 ayat).</div><br />
<div>Sepintas lalu, ayat-ayat itu mirip bagian dari Al Qur’an yang diplesetkan. Semuanya promosi ajaran kristiani dan berusaha menyakinkan soal paham trinitas. Al Iman ayat 9, misalnya berbunyi, You are truly the Son of God; in you we believed and in front of you we kneel. {anta huwab’nullahi hakkan fika nahnoo amanna wa’amamka nakhurroo sajideen} Anda benar-benar anak Allah: Kepada-Mu-lah kami beriman dan bersujud.</div><br />
<div>Sebelumnya, pada ayat 1 dan 2 dari Al Iman, Anis Shorrosh, menulis “And make mention of the disciples in the Book, when the wind blew while they were sailing at night. (1){wadhkur filkitabbil hawari-yeena idha asafatir ri-yahoo bihem laylan wahum yubhiroon}.” Artinya kurang lebih, ”Dan ingatlah Al Kitab, ketika angin bertiup sementara mereka berlayar di tengah malam. ”</div><br />
<div>”And then it appeared to them seeing the phantom of Christ walking on the water. They said: Is He our Lord deriding us or have we gone insane? (2) {Idh tara’a lahum alal mi-yahee tayful Maseehee yamshee fakaloo a’huwa rabbuna yahza’oo bina am kad massana tayfun min junoon.}” Kemudian nampaklah kepada mereka bayangan Krsitus berjalan di atas air. Mereka berkata: Dialah Tuhan Kami yang mengendalikan kita atau yang menyebabkan kami menjadi manusia.</div><br />
<div>Contoh lain pada surat At-Tajassud ayat 7. ”Katakanlah pada orang-orang yang masih ragu terhadap yang telah diberitakan sebelumnya, bahwa Kristus bukan makhluk Allah, dia telah bersama Allah pada awalnya dan akan selalu bersamanya.”</div><br />
<div>Sejak 1959-1966, Anis Shorrosh emmang telah menjadi pastur evangelist di Timur Tengah. Tiga tahun diantaranya mengabdi pada gereja Jerusalem baptist. Dia juga bertugas di Judea, Samaria dan pada 74 negeri.</div><br />
<div>Alumnus master teologi dari NOBTS di New Orleans, AS dan doktor dari Luther Rice Seminary di Atlanta, telah menulis sembilan buku lainnya. Antara lain tentang Yesus, Islam, Kerasulan dan Timur Tengah.</div><br />
<div>Pada tahun 1990-an, Anis banyak bertugas sebagai misionaris di Afrika. Antara lain di kenya, capetown, Durban, dan Johanesburg. Kemudian bertugas di Selandia Baru [1995], Inggris dan Portugal. Selain tentu saja menjadi evangelist fanatik di AS. (Republika, 01 Mei 2005).</div><br />
<div align="right"><a href="http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=3755_0_24_0_M" target="_blank" title="Swara muslim.net forum">Sumber</a></div><br />
<div>Masih banyak artikel lain mengenai hal ini, untuk kali ini saya posting segini dulu.</div><br />
<div> </div><br />
<div align="center"><b>Benarlah firman Allah swt yang berbunyi:</b></div><br />
<div align="center"> </div><br />
<div><i>Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.</i> [Q.S. Az Zumar:62]</div><br />
<div><i>Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.</i> [Q.S. Al Hasyr:23]</div><br />
<div> </div><br />
<div>Sungguh kaum kafir laknatullah tiada senang jika kita belum mengakui Tuhan mereka</div><br />
<div> </div><br />
<div>Al-Baqarah: 120, <i>“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” </i></div><br />
<div> </div><br />
<div><span style="color: red;">wassalamu’ alaikum warrohmatullahi wa barrokaatuh<br />
<br />
</span></div><br />
<div> </div><br />
<div style="text-align: center;"><span style="color: red;"><span style="font-size: medium;">sebarkan informasi ini kepada saudara2, tetangga2, teman2 dan semua umat islam yang bisa anda jangkau</span></span></div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-25498610864162516342012-03-14T00:42:00.000-07:002012-03-14T00:42:03.525-07:00Feminis yang Memutuskan Menjadi Mualaf<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://badrislam.blogspot.com/2011/03/elaine-atkinson-feminis-yang-memutuskan.html">Elaine Atkinson, Feminis yang Memutuskan Menjadi Mualaf</a> </h3><strong>ISLAM AGAMAKU -</strong>Penonton televisi Channel4 yang populer di Inggris terkejut pada natal tahun lalu. Setelah ratu Elizabeth II menyampaikan pesan Natal, tak berselang lama muncul seorang wanita bercadar yang mengucapkan "pesan Natal alternatif". Ia hanya diidentifikasi sebagai Khadijah.<br />
Dari suaranya, pemirsa menebak-nebak siapa wajah dibalik cadar itu. Dari logat Inggrisnya yang kental, dipastikan dia adalah keturunan Inggris, bukan imigran. Tampil dalam acara yang dipandu Jack Straw, ia mengkritik mereka yang berpandangan salah tentang jilbab, dan menyebut jilbab justru perisai bagi kaum wanita.<br />
Pekan ini, Daily Mail mengungkap siapa "Khadijah" di balik cadar itu.<br />
Ia adalah Elaine Atkinson, seorang Inggris kulit putih yang mengganti nama menjadi Khadijah setelah menganut agama Islam. Meski kerap dituding masuk kelompok Islam radikal, namun ia mengaku berpikiran sangat moderat.<br />
Pilihannya mengenakan jilbab - dan sesekali cadar - adalah pilihan sadar yang dibuatnya untuk melindungi diri. Wanita berusia 38 tahun ini menyatakan, sebelum menganut Islam, ia bak "hamster yang berlari di treadmill di kandang". "Pub dan konsumtif adalah trademark saya," ujarnya mengenang.<br />
Di lingkungannya, dia dikenal sebagai seorang feminis radikal. Nenek buyutnya adalah aktivis feminis yang menuntut hak pilih bagi perempuan Inggris (suffragette). Kakaknya berdinas di militer Inggris, dan sekarang tengah bertugas di Afghanistan.<br />
Pernah menentang segala bentuk pernikahan, ia akhirnya "tunduk" saat dilamar seorang Muslim kelahiran Inggris asal Pakistan, Iqbal.<br />
Pernikahan ini pula yang membuat hubungan keluarganya retak.<br />
Atkinson, ibu satu anak, didekati oleh Channel4 untuk memberikan alternatif pesan Natal, setelah perempuan berkerudung yang dipilih sebalumnya, Khadijah Ravat, seorang guru berusia 33 tahun, mundur karena publisitas negatif.<br />
Channel4 mengatakan akan menutup identitas aslinya, bersama dengan wajah, untuk memungkinkan pemirsa untuk fokus pada kata-katanya, bukan kepribadiannya.<br />
Atkinson lahir tahun 1968 di barak militer kota Wiltshire. Ia menyatakan, ia tak pernah bersinggungan dengan kaum Muslim sebelumnya. Menginjak dewasa, ia meninggalkan kotanya untuk menjadi pekerja sosial di London.<br />
Tapi pada tahun 1996 dia tiba-tiba menjadi tertarik pada Quran, dan mulai menghadiri acara-acara keagamaan di Masjid Regent's Park di pusat ibukota. "Teman-teman dan keluarga selalu menggambarkan hal-hal yang negatif tentang Islam. Namun justru saya ingin menyelami lebih dalam," ujarnya.<br />
Ia misalnya, mencoba menyelami fikih Muslimah. Pasalnya, feminisme dan islam kerap dipandang bak minyak dan air. "Intinya, Islam adalah agama penindas perempuan," ujarnya.<br />
Namun dari apa yang dibacanya, ia menemukan hal sebaliknya. islam justru memuliakan perempuan. "Kalau saja mereka bisa membuka mata dan melihat kerusakan, maka yang menyebabkan diri mereka sendiri," ujarnya.<br />
Di tengah perjalanan menyelami Islam itulah, ia bertemu Dr Zahid Iqbal, pria yang menjadi suaminya sekarang. Kini Khadijah Iqbal, namanya sekarang, tinggal di Southampton, tempat suaminya mengabdi sebagai seorang dokter. Mereka tinggal di sebuah rumah senilai 350 ribu poundsterling dengan tiga kamar tidur besar di Barking, London Timur. Dia meninggalkan nama lamanya sejak empat tahun lalu.<br />
Ia kini aktif di kelompok pembinaan mualaf perempuan dan secara berkala memandu siaran di sebuah radio lokalsemua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-80637529473403664952012-03-14T00:40:00.005-07:002012-03-14T00:40:44.370-07:00Negeri yang Menipu<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://badrislam.blogspot.com/2011/03/negeri-yang-menipu.html">Negeri yang Menipu</a> </h3><div align="justify"><strong>ISLAM AGAMAKU -</strong>Seorang pria yang lagi sakit keras bertanya kepada dokternya. “Dok, tolong katakan, berapa lama lagi saya akan bertahan hidup?” Sang Dokter merasa iba kepada lelaki itu, karena ia tahu penyakit pasiennya sulit disembuhkan, dengan hati penuh iba ia bertanya, “Pak... kenapa Bapak bertanya seperti itu? Mmm... Bapak mau tobat kepada Allah?” <br />
Dengan cepat dijawab oleh lelaki tersebut, “Bukan Dok, saya bukan mau tobat, tapi saya mau makan semua makanan yang selama ini dilarang oleh Dokter!”<div class="fullpost"><br />
Cerita dia atas benar-benar terjadi. Menjadi cermin buat kita, betapa manusia sangat mementingkan nafsu dunia. Hidup hanya untuk menikmati dunia sepuas-puasnya, dan seolah-olah setelah mati tidak ada lagi kehidupan. <br />
Begitu cintanya manusia kepada dunia, bahkan ketika ajal sudah dekat, siksa pedih kubur, dan Hisab Allah tengah menanti, ternyata yang ada di pikirannya hanya nafsu dunia. Naudzubillahi minzaliik...<br />
Mengapa kita cinta dunia? Karena dunia begitu memesona... Kita terbius dengan kenikmatan dunia. Rumah megah, mobil mewah , emas perak, makanan lezat, pangkat, jabatan, kekuasaan, kecantikan dan kemolekan wanita...<br />
Meraih dunia dan segala perhiasannya menjadi tujuan hidup kita. Kita sibuk dengan urusan dunia, terbuai dengan nikmatnya dunia, sehingga lupa dengan urusan yang lebih penting, yaitu urusan akhirat... Kita lupakan alam akhirat, kita lupa betapa indahnya taman Surga, kita tak peduli lagi dengan panasnya api Neraka yang akan membakar kita.<br />
<span style="font-weight: bold;">LUPA</span><br />
Karena cintanya kepada harta (baca: uang) manusia menjadi lupa diri, lupa orangtua, lupa saudara, bahkan lupa kepada Allah, Dzat yang telah menciptakannya! <br />
Uang telah menjadi “Tuhan” kita, lihatlah betapa paniknya kita saat kita tidak punya uang. Tapi kita tidak panik saat Allah memanggil kita melalui azan, untuk ruku' dan bersujud kepada-Nya. Kita malah tetap asik di meja kerja, asik di mal, asik menonton televisi, atau mungkin asik berbuat maksiat! <br />
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur" (QS. At-Takatsur : 1-2)<br />
Dunia ini sifatnya fana, hanya sementara. Dunia adalah negeri yang memperdaya, negeri yang menipu. “...kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran : 185). <br />
Setelah mati kita akan dibangkitkan dari kubur, kemudian hidup kekal dan abadi di negeri akhirat. Itulah hidup yang sesungguhnya. Ya, kematianlah yang akan memisahkan kita dengan dunia yang sangat kita cintai ini.<br />
Kematian, satu-satunya yang pasti di dunia ini. Sebisa mungkin kita berusaha menghindar dari maut, tapi ketahuilah maut pasti mendatangi kita. Suka atau tidak suka kita pasti mati. Kita semua adalah calon mayat, sedang mengantri dijemput oleh sang malaikat maut, setiap saat malaikat Izrail mengintai kita! <br />
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati...” (QS. Ali-Imran : 185)<br />
Lalu apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi kematian? Jawaban apa yang akan kita berikan kepada Allah saat kita dihisab nanti? Saat mulut ini terkunci, dibungkam, tak bisa bersuara... dan hanya tangan dan kaki kita yang berkata, memberikan kesaksian sebenar-benarnya kepada Allah, tentang apa yang telah tangan kita perbuat selama hidup di dunia, dan kemana saja kaki ini melangkah...<br />
Hidup di dunia adalah satu-satunya kesempatan emas kita untuk mengumpulkan bekal hidup di negeri akhirat. Sungguh tak berguna harta benda yang kita tumpuk di dunia, Sungguh tak berguna kecantikan dan ketampanan. Kita mati tidak membawa secuil harta apapun, dan tak ada yang mau bersanding dengan kita...<br />
Di dalam liang yang sempit, gelap, senyap, lembab, penuh cacing serta binatang melata, kita sendirian... hanya ditemani oleh selembar kain kafan dan sebilah papan, itupun tak berguna untuk kita. Hanya amal shaleh yang menolong kita!... <br />
“Wahai, kiranya kematian itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku.” (QS. Al-Haqqah : 27-29)<br />
Merenungi kematian, bukan berarti kita pasif dan pasrah menanti dijemput sang maut, tapi kita bergerak aktif mengisi kehidupan di dunia, mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menuju negeri akhirat yang abadi. Mulai sekarang, detik ini, mari kita gunakan waktu kita, umur singkat kita untuk berbuat kebaikan, beramal shaleh, bertakwa kepada Allah... Rasulullah SAW bersabda, “Cukuplah kematian sebagai penasehat.”<br />
Innalilahi wa innaa ilaihi rajiuun... Sungguh kita hanya milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya.<br />
Wallahu ‘alam bishshawaab.<span style="font-weight: bold;">(silvani/eramuslim)</span></div></div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-86794864827616265502012-03-14T00:40:00.002-07:002012-03-14T00:40:09.104-07:00Misteri Jabal Magnet Di Arab Saudi<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://badrislam.blogspot.com/2011/03/misteri-jabal-magnet-di-arab-saudi.html">Misteri Jabal Magnet Di Arab Saudi</a> </h3><div align="justify"><strong>ISLAM AGAMAKU -</strong>Nama Jabal Magnet (Magnetic Hill) atau Gunung Magnet semakin lama semakin populer di Arab Saudi. Tempat ini menjadi favorit bagi para jamaah haji maupun umroh—terutama dari Asia.<br />
Jabal Magnet terletak kira-kira 60 kilometer dari Kota Madinah. Perjalanan menuju kawasan Jabal Magnet dari Madinah dipenuhi sejumlah perkebunan kurma dan hamparan bukit berbatuan. 10 kilometer menjelang Jabal Magnet, ada sebuah danau buatan yang besar. Gunung Magnet didominasi warna hitam dan merah bata.<div class="fullpost"><br />
Keanehan yang paling kentara di daerah ini adalah mobil berjalan sendiri ke arah berlawanan (mundur), bahkan sanggup mendaki tanjakan. Tidak hanya itu, jarum penunjuk kompas juga tidak bekerja sebagaimana mestinya. Arah utara-selatan menjadi kacau. Selain itu, data di telepon seluler bisa hilang di lokasi itu.<br />
Magnetic Hill, atau warga setempat menyebutnya Manthiqa Baidha, yang berarti perkampungan putih. Namun, banyak yang menamainya Jabal Magnet. Daya dorong dan daya tarik magnet di berbagai bukit di sebelah kiri dan kanan jalan, membuat kendaraan yang melaju dengan kecepatan 120 kilo meter per jam, ketika memasuki kawasan ini, kecepatannya perlahan-lahan turun menjadi 5 kilo meter per jam.<br />
Jabal Magnet yang menjadi kawasan wisata penduduk Madinah awalnya ditemukan oleh orang suku Baduy. Saat itu seorang Arab Baduy menghentikan mobilnya karena ingin buang air kecil. Namun karena sudah kebelet, ia mematikan mesin mobil, tapi tidak memasang rem tangan.<br />
Ketika sedang melakukan hajatnya, ia kaget bukan kepalang, mobilnya berjalan sendiri dan makin lama makin kencang. Ia berusaha mengejar, tapi tidak berhasil. Dan menurut kisahnya, mobilnya tersebut baru berhenti setelah melenceng ke tumpukan pasir di samping jalan.<br />
Saat musim haji, banyak jamaah yang menyambanginya. Pemerintah Arab Saudi lalu membangun jalan menuju lokasi tersebut. Di daerah yang terhitung hijau karena banyak ditumbuhi pohon kurma itu, juga dilengkapi sarana wisata lainnya. Ada tenda-tenda untuk pengunjung, ada mobil mini yang bisa disewa untuk merasakan tarikan medan magnet itu.<br />
Secara geologis, fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan dengan logika. Karena, Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun. Kawasan itu berupa endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line".(eramuslim)</div></div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-1335126077754806932012-03-14T00:38:00.001-07:002012-03-14T00:38:14.935-07:00berdo'a terlindung dari musibah<div style="text-align: justify;"><strong>Musibah</strong> adalah sesuatu hal yang tak bisa kita prediksi kapan dan dimana dan kepada siapa akan menimpa. Kewajiban kita sebagai seorang mukmin adalah selalu <strong>berdoa </strong>minta <strong>perlindungan </strong>kepada Allah taala Yang Maha Rahim agar kita <strong>terhindar</strong> dari musibah.</div><strong>Rasulullah s.a.w</strong> dengan berbagai macam cara selalu menghimbau orang-orang mu’min supaya mereka senantiasa ingat kepada Tuhan agar mereka selalu mendapat limpahan rahmat kasih sayang Allah taala. Azab yang bertubi-tubi turun berupa bencana-bencana alam yang telah menimpa kaum-kaum terdahulu, banyak negeri porak-poranda dan hancur luluh sehingga meninggalkan hanya nama dan bekas-bekasnya saja. Beliau s.a.w sangat merasa khawatir jangan-jangan disebabkan sesuatu kesalahan azab seperti itu turun pula menimpa mereka yang telah beriman kepada beliau s.a.w atau orang-orang yang tinggal disekitar kampung halaman beliau s.a.w.<br />
<span id="more-20"></span><br />
<div style="text-align: justify;">Maka dari itu kapan saja saat beliau melihat ada angin bertiup kencang atau hujan lebat turun, beliau segera memohon perlindungan kepada Allah s.w.t dan berdo’a agar Dia menurunkan kasih sayang-Nya. Dan beliau s.a.w menghimbau orang-orang mukmin juga untuk memohon kasih sayang-Nya, agar angin yang sedang bertiup kencang atau hujan yang sedang turun dengan derasnya itu jangan menjadi azab bagi mereka. Maka bila saja terjadi angin badai atau angin kencang bertiup atau hujan turun dengan derasnya maka beliau s.a.w segera memohon perlindungan dan kasih sayang Allah s.w.t.</div>Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Hadzrat Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w bersabda : “Sekali-kali janganlah kamu mengutuki angin karena angin juga pembawa rahmat Allah s.w.t disamping ia membawa azab. Akan tetapi mintalah kebaikan dari angin itu kepada Allah s.w.t dan mohonlah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya.”<br />
Utbah bin Rawahah mendengar dari Aisyah r.a. katanya: “Apabila angin bertiup kencang atau nampak ada awan tebal diatas langit, maka muka Rasulullah s.a.w nampak segera berubah, sebentar duduk sebentar berjalan, beliau s.a.w mondar-mandir dalam keadaan gelisah dan khawatir takut kalau-kalau angin atau awan itu membawa azab. Apabila hujan sudah turun beliaupun nampak gembira, kegelisahanpun perlahan-lahan menghilang.”<br />
Kata Aisyah r.a, diwaktu itu beliau s.a.w bersabda : “Aku merasa takut jangan-jangan azab turun bersama angin atau awan itu yang akan menimpa ummatku”. Apabila beliau melihat hujan sudah turun, beliau bersabda : “Alhamdulillah ini rahmat Allah turun!”<br />
<div style="text-align: justify;">Wujud Rasulullah s.a.w dari ujung rambut sampai ujung kaki semata-mata rahmat bagi semua makhluk Allah s.w.t. Beliau sendiri berdo’a untuk semua dan mengajarkan juga do’a-do’a itu yang harus diamalkan oleh ummat beliau. Apabila ada angin atau badai bertiup kencang bacalah do’a ini:</div><h1 style="text-align: center;">اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْئَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا اُرْسِلَتْ بِهِ</h1><h1 style="text-align: center;">وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا فِيْهَا وَشَرِّمَا اُرْسِلَتْ بِهِ</h1><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Artinya : “Ya Allah aku memohon kebaikannya dan kebaikan yang ada didalamnya dan kebaikan yang diturunkan bersamanya. Dan aku berlindung kepada Engkau dari keburukannya dan dari keburukan yang ada didalamnya dan dari keburukan yang diturunkan bersamanya.”</div><h1 style="text-align: center;">اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَ تَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجْاَتِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَتِكَ</h1><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Artinya :“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari hilangnya ni’mat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan padaku, dan dari azab Engkau yang datangnya secara tiba-tiba dan aku berlindung kepada Engkau dari semua perkara yang menimbulkan kemurkaan Engkau.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><strong>(Dikutip dari Khutbah Jumat Mirza Masroor Ahmad, Pemimpin Ahmadiyah seluruh dunia di Masjid Baitul Futuh, London, 2 Maret 2007</strong>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-54013300358722765522012-03-14T00:36:00.002-07:002012-03-14T00:36:23.649-07:00Aisha Bhutta, Mualaf yang Berhasil Mengislamkan Keluarga dan 30 Temannya<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://badrislam.blogspot.com/2011/03/aisha-bhutta-mualaf-yang-berhasil.html">Aisha Bhutta, Mualaf yang Berhasil Mengislamkan Keluarga dan 30 Temannya</a> </h3><div align="justify"><strong>ISLAM AGAMAKU -</strong> Aisha Bhutta, yang juga dikenal sebagai Debbie Rogers, duduk dengan tenang di sofa di ruang depan rumah petak besarnya di Cowcaddens, Glasgow Skotlandia. Dinding rumahnya digantung dengan kutipan dari ayat Alquran, sebuah jam khusus untuk mengingatkan keluarganya waktu shalat dan poster Kota Suci Mekkah.<div class="fullpost"><br />
Mata biru Aisha penuh dengan keceriaan, dia tersenyum dengan cahaya keimanan yang ia miliki. Wajahnya yang merupakan wajah gadis Skotlandia yang kuat - ia masih tetap memiliki cita rasa humor - meskipun wajahnya tetap ditutupi dengan jilbab.<br />
Bagi seorang gadis Kristen yang baik untuk masuk Islam dan menikah dengan seorang Muslim adalah sesuatu yang luar biasa cukup. Namun lebih dari itu, ia juga telah mengislamkan orang tuanya, sebagian besar sisa keluarganya dan setidaknya 30 teman dan tetangganya. Subhanallah.<br />
Keluarganya adalah penganut Kristen yang keras di mana mereka secara teratur menghadiri pertemuan Salvation Army. Ketika semua remaja lainnya di Inggris mencium poster George Michael untuk mengucapkan selamat malam, Debbie Rogers alias Aisha punya foto Yesus di dinding kamarnya. Namun ia menemukan bahwa Kekristenan tidak cukup, ada terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab dan dia merasa tidak puas dengan kekurangan struktur disiplin untuk keyakinannya itu."Masih ada yang membuat saya ragu untuk mematuhi daripada hanya melakukan doa ketika saya merasa seperti itu."<br />
Aisha pertama kali melihat calon suaminya, Muhammad Bhutta, ketika dia masih berusia 10 tahun dan merupakan pelanggan tetap di toko, yang dijalankan oleh keluarganya. Dia sering melihat pria itu secara sembunyi-sembunyi, sewaktu melakukan shalat. "Ada kepuasan dan kedamaian dalam apa yang dia lakukan. Dia bilang dia seorang Muslim. Saya berkata: Apa itu seorang Muslim?<br />
Kemudian dengan bantuan Mohammad Bhutta ia mulai mencari lebih dalam tentang Islam. Pada usia 17 tahun, ia telah membaca seluruh Alquran dalam bahasa Arab. "Semua yang saya baca", katanya, "Semuanya bisa diterima."<br />
Dia membuat keputusan untuk masuk Islam pada usia 16 tahun. "Ketika saya mengucapkan kalimat syahadat, rasanya seperti beban besar saya telah terlempar. Saya merasa seperti bayi yang baru lahir. "<br />
Masuk Islamnya dirinya tidak serta merta orang tua Muhammad Bhutta setuju mereka untuk menikah.<br />
Namun, orang tua Muhammad menentang mereka menikah. Mereka melihat dirinya sebagai seorang wanita Barat yang akan memimpin putra sulung mereka dengan kesesatan dan memberikan nama keluarga yang buruk, ayah Muhammad percaya, dirinya "musuh terbesar."<br />
Namun demikian, pasangan ini tetap menikah di masjid setempat. Aisha memakai baju yang dijahit oleh ibu Muhammad dan saudaranya yang menyelinap ke upacara perkawinan melawan keinginan ayahnya yang menolak untuk hadir.<br />
Nenek Muhammad-lah yang membuka jalan bagi sebuah ikatan pernikahannya. Neneknya tiba dari Pakistan di mana perkawinan ras campuran bahkan sangat tabu, dan bersikeras untuk bertemu Aisha. Dia begitu terkesan oleh fakta bahwa Aisha telah belajar Alquran dan bahasa Punjabi dan dia yakin, perlahan-lahan, Aisha akan menjadi salah satu anggota keluarga.<br />
Orang tua Aisha, Michael dan Marjory Rogers, meskipun tidak menghadiri pernikahan itu, lebih peduli dengan pakaian putri mereka yang sekarang dipakainya (tradisional shalwaar kameez) dan apa yang tetangga mereka pikirkan. Enam tahun kemudian, Aisha memulai misi untuk mengislamkan mereka dan seluruh keluarganya, serta adiknya. "Suami saya dan saya mendakwahkan Islam kepada ibu dan ayah saya, memberitahu mereka tentang Islam dan mereka melihat perubahan dalam diri saya sejak memeluk Islam.<br />
Ibunya segera mengikuti jejaknya. Marjory Rogers mengubah namanya menjadi Sumayyah dan menjadi seorang Muslimah yang taat. Dia memakai jilbab dan melakukan shalat tepat pada waktunya dan tidak ada yang penting baginya, kecuali hubungan dengan Allah.<br />
Ayah Aisyah terbukti lebih sulit untuk diajak masuk Islam, sehingga ia meminta bantuan ibunya yang baru saja masuk Islam (yang telah meninggal karena kanker).<br />
"Ibu saya dan saya kemudian berbicara kepada ayah saya tentang Islam dan kami duduk di sofa di dapur pada satu hari dan ayahnya berkata: "Apa kata-kata yang Anda katakan ketika Anda menjadi seorang Muslim? Saya dan ibu saya hanya terkejut. "Tiga tahun kemudian, saudara Aisha mengucapkan syahadat melalui telepon - maka istri dan anak-anaknya menyusul, diikuti oleh putra kakaknya.<br />
Hal ini tidak berhenti di situ. Keluarganya telah masuk Islam, Aisha mengalihkan perhatiannya untuk warga Cowcaddens. Setiap Senin selama 13 tahun terakhir, Aisha telah mengadakan kelas pelajaran Islam untuk wanita Skotlandia. Sejauh ini ia telah membantu orang masuk Islam lebih dari 30 orang. Para perempuan yag masuk Islam ditangannya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Trudy, seorang dosen di Universitas Glasgow dan mantan Katolik, menghadiri kelas Aisha justru awalnya secara murni karena ia ditugaskan untuk melakukan penelitian.<br />
Tapi setelah enam bulan mengikuti kelas pelajaran Islam yang Aishah bikin dia memutuskan untuk masuk Islam, dan memutuskan bahwa agama Kristen itu penuh dengan "inkonsistensi logis".<br />
"Saya tahu dia mulai terpengaruh oleh pembicaraan saya", Aisha mengatakan.<br />
Suaminya, Muhammad Bhutta, tampaknya tidak begitu terdorong untuk mengislamkan pemuda Skotlandia untuk menajdi saudara muslim. Dia kadang-kadang membantu di restoran keluarga, tetapi tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memastikan lima anak-anaknya tumbuh sebagai Muslim yag baik.<br />
Putri tertuanya, Safia, hampir 14 tahun, juga mengikuti jejak ibunya mendakwahkan Islam. menolak untuk tempat merekrut dirinya. Suatu hari Safia bertemu dengan seorang wanita di jalan dan membantu membawa belanjaannya, wanita itu kemudian menghadiri kelas Aisyah dan sekarang menjadi seorang Muslim.<br />
"Saya bisa jujur mengatakan saya tidak pernah menyesal", Aisha mengatakan masuk Islamnya dirinya. "Setiap pernikahan memiliki pasang surut dan kadang-kadang Anda perlu sesuatu untuk menarik Anda keluar dari kesulitan apapun. Tapi Nabi Muhammad berkata: "Setiap kesulitan ada kemudahan." Jadi, ketika Anda akan melalui tahapan yang sulit, Anda bekerja untuk itu kemudahan akan datang. "<br />
Muhammad suaminya lebih romantis: "Saya merasa kami sudah saling kenal selama berabad-abad dan seakan-akan tak pernah menjadi bagian dari yang lain. Menurut Islam, Anda tidak hanya mitra seumur hidup, Anda bisa menjadi mitra di surga juga, selama-lamanya. Ini sesuatu hal yang indah, anda tahu itu."</div></div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-82093085471331238202012-03-14T00:35:00.002-07:002012-03-14T00:35:18.302-07:00kebangkitan islam di kalangan kalangan aborigin, australia<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://badrislam.blogspot.com/2011/03/kebangkitan-islam-di-kalangan-komunitas.html">Kebangkitan Islam di Kalangan Komunitas Aborigin, Australia</a> </h3><div align="justify"><strong>ISLAM AGAMAKU -</strong>Perkembangan Islam di Australia sudah merambah ke kalangan masyarakat Aborigin, suku asli Benua Kanguru itu.<br />
Makin meningkatnya jumlah orang Aborigin yang memeluk Islam menjadi fenomena tersendiri, meski sejumlah peneliti memperdebatkan perihal makin meluasnya pengaruh agama Islam dan alasan orang-orang Aborigin yang memilih memeluk Islam.<div class="fullpost"><br />
Dalam pertemuan organisasi Society for the Scientific Study of Religion di Baltimore akhir Oktober lalu, sejumlah peneliti dari Religioscope memaparkan kertas kerja mereka tentang pernyataan media dan komunitas Muslim di Australia yang menyebutkan bahwa makin meningkatnya pemeluk Islam di kalangan masyarakat Aborigin, terutama di kalangan anak mudanya, merupakan "kebangkitan" Islam yang melanda suku Aborigin.<br />
Namun laporan sejumlah pakar sosiologi menyebutkan, menurut sensus tahun 1996, 2001 dan 2006, makin banyak orang Aborigin yang memilih "tidak beragama" dibandingkan yang masuk Islam.<br />
Persentase orang Aborigin yang menyatakan beragama Islam lebih sedikit (0,22 persen) dibandingkan jumlah seluruh Muslim di Australia (1,7 persen). Populasi Aborigin yang memeluk Islam juga bervariasi; maayoritas Muslim Aborigin mayoritas kaum urban perkotaan dan kebanyakan adalah kaum lelaki.<br />
Namun para peneliti di Religioscope mencatat bahwa persentase kaum lelaki Aborigin yang melibatkan diri dalam Islam (58 persen) lebih besar dibandingkan keterlibatan mereka dalam agama lain.<br />
Gambaran ini terkait dengan sejarah Islam di Australia. Sejumlah Muslim Aborigin mengklaim mereka membangun kembali identitas sejarah mereka dengan cara masuk Islam, karena ada gelombang perkawinan campur antara pendatang Muslim dengan orang-orang Aborigin pada abad ke-19.<br />
Komunitas Muslim ini adalah para pedagang yang berlayar dari Pulau Celebes (sekarang Sulawesi) di Indonesia dan orang-orang Arab (ketika itu disebut "Afghan") yang menetap di pedalaman Australia.dan dijuluki "Cameleers" atau penunggang unta.<br />
Selain melakukan perkawinan campur, mereka juga berbagi budaya, termasuk sejumlah tradisi dalam Islam. Sensus tahun 2001 sampai 2006 menunjukkan peningkatan jumlah Muslim Aborigin dari 622 menjadi 1.010 orang.<br />
Peneliti dari Religioscope; Helena Onnudottir, Adam Possamai (University of Western Sydney) and Bryan S. Turner (Wellesley College) dalam kertas kerja mereka juga mengungkapkan bahwa identitas Kekristenan pemerintahan Kolonial dan dominansi orang kulit putih atas suku Aborigin kemungkinan menjadi alasan mengapa berdasarkan hasil sensus, persentase orang Aborigin yang memeluk agama Kristen makin menurun. Agama Kristen Pantekosta, aliran Kristen yang paling berkembang di Australia, ternyata tidak mendapat tempat di kalangan masyarakat Aborigin.<br />
Para peneliti itu menyimpulkan, media massa berperan atas pertumbuhan komunitas Muslim Aborigin, yang kini menjadi tren penting dalam perkembangan agama di Australia.</div></div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-29247381635836095592012-03-14T00:33:00.002-07:002012-03-14T00:33:23.446-07:00dua waktu tidur yang dilarang rosul<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://badrislam.blogspot.com/2011/03/dua-waktu-tidur-yang-dilarang-rasul.html">Dua Waktu Tidur Yang Dilarang Rasul</a> </h3><div align="justify"><strong>ISLAM AGAMAKU -</strong>Tidur menjadi sesuatu yang esensi dalam kehidupan kita. Karena dengan tidur, kita menjadi segar kembali. Tubuh yang lelah, urat-urat yang mengerut, dan otot-otot yang dipakai beraktivitas seharian, bisa meremaja lagi dengan melakukan tidur.<div class="fullpost"><br />
Dalam Islam, semua perbuatan bisa menjadi ibadah. Begitu pula tidur, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dalam Al-Quran, Allah swt pun menyuruh kita untuk tidur. Namun, ternyata ada dua waktu tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk tidak dilakukan.<br />
<span style="font-weight: bold;">1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh</span><br />
Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br />
”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).<br />
Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata :<br />
“Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalih – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">2. Tidur Sebelum Shalat Isya’</span><br />
Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).<br />
Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh sebab itu At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : “Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memberi keringanan dalam masalah ini. Abdullah bin Mubarak mengatakan : “Kebanyakan hadits-hadits Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadlan saja.”<br />
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : “Di antara para ulama melihat adanya keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran terlewatnya waktu shalat.”(eramuslim)</div></div><a href="http://feeds2.feedburner.com/feedburner/QRjW" rel="alternate" type="application/rss+xml">Subscrib</a><a href="http://feeds2.feedburner.com/feedburner/QRjW" rel="alternate" type="application/rss+xml">e to ISLAM AGAMAKU</a>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-22897991154267732082012-03-14T00:31:00.002-07:002012-03-14T00:31:07.559-07:00janganlah kalian malas!<span style="color: #ff6666; font-size: small;">Suatu hari, ketika Imam Abu Hanifah sedang berjalan-jalan melalui sebuah rumah yang jendelanya masih terbuka, terdengar oleh beliau suara orang yang mengeluh dan menangis tersedu-sedu. Keluhannya mengandungi kata-kata, "Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini, agaknya tiada seorang pun yang lebih malang dari nasibku yang celaka ini. Sejak dari pagi lagi belum datang sesuap nasi atau makanan pun di kerongkongku sehingga seluruh badanku menjadi lemah lunglai. Oh, manakah hati yang belas kasihan yang sudi memberi curahan air walaupun setitik."<br />
<br />
Mendengar keluhan itu, Abu Hanifah merasa kasihan, lalu beliau pun pulang ke rumahnya dan mengambil bungkusan hendak diberikan kepada orang itu. Setelah dia sampai ke rumah orang itu, dia terus melemparkan bungkusan yang berisi uang kepada si malang tadi lalu meneruskan perjalanannya. <br />
<br />
Si malang berasa terkejut setelah mendapati sebuah bungkusan yang tidak diketahui dari mana datangnya, lantas ia tergesa-gesa membukanya. Setelah dibuka, nyatalah bungkusan itu berisi uang dan selembar kertas yang bertulis, "Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh sedemikian itu, kamu tidak pernah atau perlu mengeluh diperuntungkan nasibmu. Ingatlah kepada kemurahan Allah dan cobalah bermohon kepadaNya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka berputus asa, hai kawan, tetapi berusahalah terus."<br />
<br />
Pada keesokan harinya, Imam Abu Hanifah melalui lagi rumah itu dan suara keluhan itu kedengaran lagi, "Ya Allah Tuhan Yang Maha Belas Kasihan dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kemarin, sekadar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika Tuhan tidak beri, akan lebih sengsaralah hidupku, wahai nasibku."<br />
<br />
Mendengar keluhan itu lagi, maka Abu Hanifah pun lalu melemparkan lagi bungkusan berisi uang dan selembar kertas dari luar jendela itu, lalu dia pun meneruskan perjalanannya. Orang itu terlalu riang ketika mendapat bungkusan itu. Lantas terus membukanya.<br />
<br />
Seperti kemarin juga, di dalam bungkusan itu tetap ada selembar kertas lalu dibacanya, "Hai kawan, bukan begitu cara bermohon, bukan demikian cara berikhtiar dan berusaha. Perbuatan demikian 'malas' namanya. Putus asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh tidak ridha Tuhan melihat orang pemalas dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Jangan, jangan berbuat demikian. Jika ingin senang, harus giat bekerja dan berusaha, karena kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari atau diusahakan. Orang hidup tidak perlu atau disuruh duduk diam tetapi harus bekerja dan berusaha. Allah tidak akan memperkenankan permohonan orang yang malas bekerja. Allah tidak akan mengkabulkan do'a orang yang berputus asa. Sebab itu, carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu. Berikhtiarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah. Insya Allah, akan dapat juga pekerjaan itu selama kamu tidak berputus asa. Nah, carilah segera pekerjaan, saya do'akan semoga berhasil."<br />
<br />
Setelah dia selesai membaca surat itu, dia termenung, dia insyaf dan sadar akan kemalasannya yang selama ini dia tidak suka berikhtiar dan berusaha. Pada keesokan harinya, dia pun keluar dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Sejak hari itu, sikapnya pun berubah mengikuti peraturan-peraturan hidup (Aturan Allah) dan tidak lagi melupakan nasihat orang yang memberikan nasihat itu.<br />
<br />
***<br />
<br />
Dalam Islam, tidak ada istilah pengangguran, istilah ini hanya digunakan oleh orang yang berakal sempit. Islam mengajarkan kita untuk maju ke hadapan dan bukan mengajar kita terhenti di tepi jalan. </span><br />
<span style="color: #ff6666;"><span style="font-size: small;"><strong><em>Penulis : Ade S.W.</em></strong></span></span>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-52050088629448181132012-02-12T23:57:00.001-08:002012-02-12T23:57:18.407-08:00hukum merayakan hari valentine untuk umat muslim“<b>Hukum Merayakan Hari Valentine buat Umat Islam</b>” ketegori <span class="IL_AD" id="IL_AD11">Muslim</span>. Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh<br />
Langsung saja <span class="IL_AD" id="IL_AD2">pertanyaan</span> saya Ustadz, bagaimana hukum merayakan hari Valentine dalam pandangan syariah Islam? Mohon dijelaskan hakikat dan sejarahnya. Mohon dijelaskan, terima kasih<br />
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh<br />
Nurahini Hendrawati<br />
Jawaban<br />
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh <br />
Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.<br />
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.<br />
Perayaan Valentine’s Say adalah Bagian dari Syiar Agama Nasrani<br />
<span class="IL_AD" id="IL_AD1">Valentine’s Day</span> menurut <span class="IL_AD" id="IL_AD3">literatur</span> ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani.<br />
Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.<br />
<span class="IL_AD" id="IL_AD8">The Encyclopedia</span> <span class="IL_AD" id="IL_AD9">Britania</span>, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari .<br />
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis dari Romawi kuno.<br />
Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. <br />
Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.<br />
Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.<br />
Valentine Berasal dari Budaya Syirik. <br />
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.<br />
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid ” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.<br />
Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.<br />
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka,<br />
naudzu billahi min zalik.<br />
Semangat valentine adalah Semangat Berzina <br />
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.<br />
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.<br />
Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.<br />
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan <span class="IL_AD" id="IL_AD4">make love</span> yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.<br />
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?<br />
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.<br />
Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.<br />
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. <br />
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh<br />
Sumber <b>Hukum Merayakan Hari Valentine buat Umat Islam</b> : http://assunnah.or.idsemua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-30593465883186034722012-02-12T23:53:00.001-08:002012-02-12T23:53:22.695-08:00tingkatan islam , iman , dan ihsan“Tingkatan Islam, Tingakatan Iman Dan Tingkatan Ihsan” ketegori <span class="IL_AD" id="IL_AD2">Muslim</span>. <br />
<div align="center"> </div><div>Tingkatan Islam, Tingakatan Iman Dan Tingkatan Ihsan</div><br />
<div align="center">Kategori Mabhats</div>Jumat, 12 Maret 2004 22:19:08 WIB<br />
<div align="justify">TIGA LANDASAN UTAMA</div>Oleh<br />
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab<br />
Bagian Ketiga dari Empat Tulisan [3/4]<br />
MENGENAL ISLAM<br />
Islam, ialah berserah diri kpd Allah dgn tauhid dan tunduk kpd-Nya dgn penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari peruntukan syirik dan orang-orang yg beruntuk syirik.<br />
Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai <span class="IL_AD" id="IL_AD7">tiga</span> tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan, masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.<br />
I. Tingkatan Islam<br />
Adapun tingkatan Islam, rukun ada lima :<br />
[1] Syahadat (pengakuan dgn hati dan lisan) bahwa “Laa Ilaaha Ilallaah” (Tiada sesembahan yg haq selain Allah) dan Muhammad ialah Rasulullah.<br />
[2] Mendirikan shalat.<br />
[3] Mengeluarkan zakat.<br />
[4] Shiyam pada bulan Ramadhan.<br />
[5] Haji ke Baitullah Al-Haram.<br />
[1]. Dalil Syahadat.<br />
Firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yg haq) selain Dia, dgn senantiasa menegakkan keadilan (Juga menyatakan demikian itu) para malaikat dan orang-orang yg berilmu. Tiada sesembahan (yg haq) selain Dia. Yang <span class="IL_AD" id="IL_AD5">Maha</span> <span class="IL_AD" id="IL_AD1">Perkasa</span> lagi Maha Bijaksana”. [Al-Imraan : 18]<br />
“Laa Ilaaha Ilallaah”‘ arti : Tiada sesembahan yg haq selain Allah.<br />
Syahadat ini mengandung <span class="IL_AD" id="IL_AD10">dua</span> unsur : menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, ialah menolak segala sembahan selain Allah. “Illallaah” ialah menetapkan bahwa penyembahan itu ha untuk Allah semata-mata, tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kpd-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu di dalam kekuasaan-Nya.<br />
Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br />
“Arti : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kpd bapak dan kpd kaum : ‘Sesungguh aku menyatakan lepas dari segala yg kamu sembah, kecuali Tuhan yg telah menciptakan-ku, krn sesungguh Dia akan menunjuki’. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yg kekal pada keturunan supaya mereka senantiasa kembali (kpd tauhid)”. [Az-Zukhruf : 26-28]<br />
“Arti : Katakanlah (Muhammad) : ‘Hai ahli kitab ! Marilah kamu kpd suatu kalimat yg tdk ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu ; hendaklah kita tdk menyembah selain Allah dan tdk mempersekutukan sesuatu apapun dgn-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yg lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kpd mereka :’Saksikanlah, bahwa kami ialah orang-orang yg muslim (menyerahkan diri kpd Allah)”. [Ali ‘Imran : 64]<br />
Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad ialah Rasulullah.<br />
Firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Sungguh, telah datang kpdmu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat oleh penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayg kpd orang-orang yg beriman”. [At-Taubah : 128]<br />
Syahadat bahwa Muhammad ialah Rasulullah, berarti : mentaati apa yg diperintahkannya, membenarkan apa yg diberitakannya, menjauhi apa yg dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Allah ha dgn cara yg disyariatkannya.<br />
[2]. Dalil Shalat dan Zakat serta tafsiran Tauhid.<br />
Firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Padahal mereka tdklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kpd Allah, dgn memurnikan ketaatan kpd-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan Shalat serta mengeluarkan Zakat. Demikian itulah tuntunan agama yg lurus”. [Al-Bayyinah : 5]<br />
[3]. Dalil Shiyam<br />
Firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Wahai orang-orang yg beriman ! Diwajibkan kpd kamu untuk melakukan shiyam, sebagaimana telah diwajibkan kpd orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. [Al-Baqarah : 183]<br />
[4]. Dalil Haji.<br />
Firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Dan ha untuk Allah, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yg mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yg mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguh Allah Maha tdk memerlukan semsesta alam”. [Al ‘Imran : 97)]<br />
II. Tingkatan Iman.<br />
Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yg paling tinggi ialah syahadat “Laa Ilaaha Ilallaah”, sedang cabang yg paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu ialah salah satu dari cabang Iman.<br />
Rukun Iman ada enam, yaitu :<br />
[1] Iman kpd Allah.<br />
[2] Iman kpd para Malaikat-Nya.<br />
[3] Iman kpd Kitab-kitab-Nya.<br />
[4] Iman kpd para Rasul-Nya.<br />
[5] Iman kpd hari Akhirat, dan<br />
[6] Iman kpd Qadar, yg baik dan yg buruk. (Qadar : takdir, ketentuan Ilahi. Yaitu : Iman bahwa segala sesuatu yg terjadi di dalam semesta ini ialah diketahui, dikehendaki dan dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala).<br />
Dalil keenam rukun ini, firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yg sebenar ialah iman seseorang kpd Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi…” [Al-Baqarah : 177]<br />
Dan firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Sesungguh segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dgn qadar”. [Al-Qomar : 49]<br />
III. Tingkatan Ihsan.<br />
Ihsan, rukun ha satu, yaitu :<br />
“Arti : Beribadah kpd Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tdk melihat-Nya, maka sesungguh Dia melihatmu”. [Pengertian Ihsan tersebut ialah penggalan dari hadits Jibril, yg dituturkan oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, sebagaimana akan disebutkan]<br />
Dalilnya, firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Sesungguh Allah bersama orang-orang yg bertakwa dan orang-orang yg beruntuk ihsan”. [An-Nahl : 128]<br />
Dan firman Allah Ta’ala.<br />
“Arti : Dan bertakwallah kpd (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayg. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yg sujud. Sesunnguh Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Asy-Syu’araa : 217-220]<br />
Serta firman-Nya.<br />
“Arti : Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur’an yg kamu <span class="IL_AD" id="IL_AD12">baca</span>, serta pekerjaan apa saja yg kamu kerjakan, tdk lain kami ialah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”. [Yunus : 61]<br />
Adapun dalil dari Sunnah, ialah hadits Jibril[1] yg masyhur, yg diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.<br />
“Arti : Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tdk tampak pada tubuh tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara kami yg mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dgn menyandarkan kelutut pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua paha beliau, dan berkata : ‘Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam’, maka beliau menjawab :’Yaitu : bersyahadat bahwa tiada sesembahan yg haq selain Allah serta Muhammad ialah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan shiyam pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana’. <span class="IL_AD" id="IL_AD3">Lelaki</span> itu pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kata Umar :’Kami merasa heran kpdnya, ia <span class="IL_AD" id="IL_AD8">berta</span> kpd beliau, tetapi juga membenarkan beliau. Lalu ia berkata : ‘Beritahulah aku tenatng Iman’. Beliau menjawab :’Yaitu : Beriman kpd Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kpd Qadar yg baik dan yg buruk’. Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kemudian ia berkata : ‘Beritahullah aku tentang Ihsan’. Beliau menjawab : Yaitu : Beribadah kpd Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tdk melihat-Nya, maka sesungguh Dia melihatmu’. Ia berkata lagi. Beritahulah aku tentang hari Kiamat. Beliau menjawab : ‘Orang yg <span class="IL_AD" id="IL_AD9">dita</span> tentang hal tersebut tdk lebih tahu dari pada orang yg bertanya’. AKhir ia berkata :’Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu’. Beliau menjawab : Yaitu : ‘Apabila ada hamba sahaya <span class="IL_AD" id="IL_AD11">wanita</span> melahirkan tuan dan apabila kamu melihat orang-orang <span class="IL_AD" id="IL_AD6">tak</span> beralas kaki, tak berpakaian sempurna melarat lagi, pengembala domba saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yg tinggi’. Kata Umar : Lalu pergilah orang laki-laki itu, semantara kami berdiam diri saja dalam waktu yg lama, sehingga Nabi berta : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yg berta itu ? Aku menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau pun bersabda : ‘Dia ialah Jibril, telah datang kpd kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian”. [2]<br />
[Disalin dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal 18-26, Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebarab Kerajaan Arab Saudi]<br />
________<br />
Fote Note.<br />
[1] Disebut hadits jibril, krn jibril-lah yg datang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dgn menanyakan kpd beliau tentang, Islam, Iman dan masalah hari Kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kpd kaum muslimin tentang masalah-masaalah agama.<br />
[2]. [Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadits ke 1. Dan diriwayatkan juga hadits dgn lafadz seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-Iman, bab 37, hadits ke 1.<br />
Sumber : <a href="http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=460&bagian=0">http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=460&bagian=0</a><br />
Sumber Tingkatan Islam, Tingakatan Iman Dan Tingkatan Ihsan : <a href="http://alsofwah.or.id/">http://alsofwah.or.id</a>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-6023204262972177772012-02-12T23:52:00.000-08:002012-02-12T23:52:28.643-08:00dunia akhirat<div class="post-content" id="RooRid4332">Kaum Muslimin rahimakumullah.Allah SWT membagi kehidupan menjadi <span class="IL_AD" id="IL_AD6">dua</span> bagian yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yg dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat enak dan tidaknya kehidupan seseorang di akhirat sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal saleh dalam kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan keni’matan dalam kehidupan di akhirat. Karena itu ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini dgn sebaik-baiknya sebagaimana yg ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan berarti ia tidak boleh meni’mati kehidupan di dunia ini hal ini krn segala hal-hal yg bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia karenanya <span class="IL_AD" id="IL_AD5">Islam</span> tidak pernah mengharamkan manusia utk meni’mati kehidupan duniawinya selama tidak melanggar ketentuan Allah SWT apalagi sampai melupakan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam hidup ini. Manusia memang memandang indah segala hal yg bersifat duniawi dan itu wajar-wajar saja selama ia tidak mengabaikan <span class="IL_AD" id="IL_AD2">tempat</span> kembalinya. Allah SWT berfirman yg artinya <i>“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini yaitu wanita-wanita anak-anak harta yg banyak dari jenis emas <span class="IL_AD" id="IL_AD7">perak</span> kuda <span class="IL_AD" id="IL_AD1">pilihan</span> binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yg baik .”</i> Hakikat Keindahan Muhammad Ali ash-Shabuny di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yg menjadikan syahwat itu sebagai sesuatu yg indah. Pendapat pertama mengatakan bahwa yg menjadikan indah adl setan dgn cara membisikkan kepada manusia dan menjadikannya tampak indah di hadapan mereka lalu mereka condong kepada syahwat itu dan lalai dalam menaati Allah SWT pendapat ini didasari pada firman Allah yg artinya <i>“Dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari Allah sehingga mereka tidak <span class="IL_AD" id="IL_AD3">mendapat</span> petunjuk.”</i> Pendapat kedua mengatakan bahwa Allah-lah yg menjadikan indah terhadap syahwat sebagai <b> <b> ujian dan cobaan </b> </b> utk menentukan siapa di antara mereka yg baik perbuatannya hal ini didasari pada firman Allah yg artinya <i>“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yg ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yg terbaik perbuatannya.”</i> Dua pendapat yg nampak bertolak belakang itu sebenarnya bukan sesuatu yg bertolak belakang. Allah SWT dan setan sama-sama memiliki “kepentingan” dalam kaitan dgn syahwat manusia terhadap hal-hal yg sifatnya duniawi. Allah SWT ingin menguji manusia agar mereka dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT sedangkan setan justeru ingin menjerumuskan manusia ke jalan yg sesat. Oleh krn itu ketika menafsirkan kalimat <i>“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini”</i> Sayyid Quthb dalam <i>Fi Dzilalil Qur’an</i> mengatakan “Ungkapan kalimat ini tidak memiliki konotasi utk menganggapnya kotor dan tidak disukai. Tetapi ia hanya semata-mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya menempatkannya pada tempat tanpa melewati batas serta tidak mengalahkan apa yg lbh mulia dan lbh tinggi dalam kehidupan serta mengajaknya utk memandang ke ufuk lain setelah menunjukkan vitalnya apa-apa yg diingini itu dgn tanpa tenggelam dan semata-mata bergelimang di dalamnya. Di sinilah keistimewaan Islam dgn memelihara fitrah manusia dan menerima kenyataannya serta berusaha mendidik merawat dan meninggikannya bukan membekukan dan mematikannya. Kaum Muslimin sidang Jumat yg berbahagia.Sebagian kalangan <span class="IL_AD" id="IL_AD9">sufi</span> menganggap bahwa syahwat merupakan sesuatu yg tercela karenanya harus dijauhi sehingga mereka cenderung meninggalkan dunia. Padahal bagi seorang <span class="IL_AD" id="IL_AD8">muslim</span> bukan tidak boleh memiliki dan meni’mati kehidupan dunia ini yg penting adl jangan sampai kehidupan dunia membuat manusia menjadi lupa dan lalai krn hal itu hanya akan membawa pada kerugian tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Allah SWT berfirman yg artinya <i>“Hai orang-orang yg beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yg berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yg rugi.”</i> Kita memang harus mengakui bahwa syahwat itu bisa <span class="IL_AD" id="IL_AD4">positif</span> tapi bisa juga negatif. Kekhawatiran kita kepada hal-hal yg negatif mestinya tidak sampai kita mengharamkannya di sinilah letak pentingnya kesalehan manusia krn bila segala keni’matan duniawi itu ada di tangan orang yg saleh maka keni’matan itu akan memberikan keni’matan yg lbh besar lagi <i>ni’mal maalu ash shalih rajulun shaleh</i>. Akan tetapi apabila suatu keni’matan berada di tangan orang yg fasik hal itu akan sangat membahayakan tidak hanya membahayakan dirinya tapi juga membahayakan orang lain. Kehidupan akhirat memang lbh baik tapi bukan berarti kehidupan dunia ini jelek dan harus dicampakkan karenanya di dalam surat Ali Imran ayat 15 Allah SWT mengemukakan bahwa ada yg lbh baik dari kesenangan-kesenangan duniawi ayat tersebut artinya <i>“Katakanlah ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yg lbh baik dari yg demikian itu?’ Untuk orang-orang yg bertakwa pada sisi Tuhan mereka ada surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan isteri-isteri yg disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah <span class="IL_AD" id="IL_AD12">Maha</span> Melihat akan hamba-hamba-Nya.”</i> Disamping itu Allah SWT juga menegaskan tentang tidak haramnya meni’mati hal-hal yg bersifat duniawi sebagaimana dalam firman-Nya yg artinya <i>“Katakanlah ‘Siapakah yg mengharamkan perhiasan dari Allah yg telah dikeluarkan-Nya utk hamba-hamba-Nya dan rezeki yg baik?’ Katakanlah ’semuanya itu disediakan bagi orang-orang yg beriman dalam kehidupan dunia khusus di akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yg mengetahui.”</i> Kaum Muslimin rahimakumullah.Dari penjelasan di atas bisa kita simpulkan bagaimana sikap yg harus kita tunjukkan kepada dunia. Paling tidak ada sikap positif yg harus kita miliki dalam memandang kehidupan dunia. Pertama capai segala keni’matan dunia dgn cara-cara yg baik dan halal bukan dgn menghalalkan segala cara dalam memperolehnya. Bahkan seandainya utk mendapatkan keni’matan itu harus dikejar sampai ke ujung dunia maka hal itu tidak menjadi masalah krn Allah SWT memang memerintahkan kepada manusia utk mencari karunia-Nya di muka bumi yg amat luas hal ini terdapat dalam firman-Nya <i>“Apabila telah ditunaikan salat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”</i> Kedua gunakan apa-apa yg sudah kita peroleh dgn cara yg baik dan utk kebaikan bukan malah utk hal-hal yg bisa mendatangkan kerusakan baik kerusakan diri sendiri orang lain maupun kerusakan lingkungan hidup tempat kita menjalani kehidupan ini Allah SWT berfirman yg artinya <i>“Dan carilah apa-apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan.”</i> Ketiga jangan sampai lupa kepada Allah SWT dalam meni’mati hal-hal yg bersifat duniawi tetapi hendaknya tetap bersyukur dan beribadah kepada Allah SWT bila itu yg dilakukan maka keni’matan duniawi itu akan terasa sedemikian banyak rasa dan manfaatnya meskipun jumlahnya sedikit. Allah SWT berfirman yg artinya <i>“Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah kepadamu dan jika kamu mengingkari maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”</i> Dengan demikian apa pun yg kita raih dan kita ni’mati dalam kehidupan di dunia ini semua adl dalam kerangka membekali diri kita utk kembali kepada Allah SWT dgn amal saleh yg sebanyak-banyak dan ketakwaan yg setinggi-tingginya. Oleh Drs. H. <span class="IL_AD" id="IL_AD11">Ahmad</span> Yani Al-Islam - <i>Pusat Informasi dan Komunikasi Islam <span class="IL_AD" id="IL_AD10">Indonesia</span></i><br />
sumber file al_islam.chm</div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-45068733951628993372012-02-12T23:51:00.000-08:002012-02-12T23:51:01.560-08:00belief in qadarThe Arabic word “Qadar” means the Divine Measure1 with which Allah has ordained and decreed with exact calculations for everything in <span class="IL_AD" id="IL_AD7">creation</span> <span class="IL_AD" id="IL_AD3">according to</span> His Eternal Omniscience and His Sublime Wisdom that encompasses <span class="IL_AD" id="IL_AD11">eternity</span>.<br />
<strong>Faith and belief in Qadar comprises four aspects:</strong><br />
<ol><li>The belief that Allah has <span class="IL_AD" id="IL_AD5">knowledge</span> of everything in the universe with all the minute details of its occurrences in <span class="IL_AD" id="IL_AD4">time and space</span>. This perfect and complete knowledge encompasses all of Allah’s own acts and all actions of the <span class="IL_AD" id="IL_AD8">creatures</span>. </li>
<li> Everything that is preordained is written on “al-Lawh-al-Mahfoodh” (The Preserved Tablet) which is with Allah. Allah the Most Exalted said: <br />
Do you not know that Allah knows all that is in heaven and on earth? Verily it is all in <span class="IL_AD" id="IL_AD9">the Book</span>. Verily that is easy for Allah. [Surah al-Hajj (22):70]<br />
In Saheeh Muslim we find the report of <span class="IL_AD" id="IL_AD10">Abdullah</span> ibn ‘Amr ibn al-‘Aas () who narrated that he heard <span class="IL_AD" id="IL_AD6">the Messenger</span> of Allah () say: <br />
Allah recorded the measurement of all matters pertaining to creation fifty thousand years before He created the heavens and earth. </li>
<li> The belief that nothing can exist or happen except by the Will and Permission of Allah and this <span class="IL_AD" id="IL_AD12">includes</span> what pertains to His Actions as well as to the actions of all that He created. Allah the Most Exalted said concerning His own actions: <br />
And your Lord Creates whatsoever He wills and chooses. [Surah al-Qasas (28):68] <br />
And He said: <br />
And Allah does what He wills. [Surah Ibraaheem (14): 27]<br />
And He said: <br />
It is He Who shapes you in the wombs as He pleases. [Surah Aali ‘Imraan (3):6]<br />
Concerning the actions of the creatures Allah the Most Exalted said: <br />
Had Allah willed indeed He would have given them power over you and they would have fought you. [Surah an-Nisaa’ (4):90] <br />
And He said: <br />
And if Allah had willed they would not have done so. So leave them alone with their fabrications. [Surah al-An’aam (6):137]</li>
<li>The belief that Allah created all the creation and creatures and all their actions characteristics and movements.2 Allah the Most Exalted said: <br />
Allah is the Creator of all things and He is the Guardian over all things. [Surah az-Zumar (39):62] <br />
And He said: <br />
He has created everything and has measured it exactly according to its due measurements. [Surah al-Furqaan (25):2]<br />
And Allah told us that Ibraheem said to his people [about them carving their idols]: <br />
And Allah has created you and your making. [Surah as-Saaffaat (37):96]<br />
Qadar as explained above is not contradictory to the reality that humans have the freedom to act as they will and choose and are capable of doing so since this is proven by both ash-Sharee’ah (revelation and scripture) and by al-Waqi’ (the reality that we observe around us).<br />
As for the proof of the religious scriptures on this we can cite the words of Allah when He the Most Exalted said: <br />
So whosoever wills let him take a return to his Lord.[Surah an-Naba’ (78):39] <br />
And He said: <br />
So go to your tithe when and how you will. [Surah al-Baqarah (2):223] <br />
And concerning the proof of one having his own ability He said: <br />
So keep your duty to Allah as much as you can; listen and obey. [Surah at-Taghaabun (64):16] <br />
And He said: <br />
Allah does not burden a person beyond his scope. He receives reward for that (good) which he has earned and he is punished for that (<span class="IL_AD" id="IL_AD1">evil</span>) which he has earned. [Surah al-Baqarah (2):286] <br />
As for the proof of reality we observe around us everybody knows that a person has his own will and ability by which he acts and moves. He can positively differentiate between what happens by his own will like walking and talking and what happens to him involuntarily without his will like shuddering with a sneeze or fever etc. But all that happens - action by man’s will and ability or without it - only happens by the Supreme Will of Allah the Most Exalted. Allah the Most Exalted said: <br />
For whosoever among you wills shall walk straight. And you will not want to walk straight unless it is what Allah wills the Lord of the worlds. [Surah at-Takweer (81):28-29] <br />
Allah owns the entire universe and nothing happens in His Kingdom and Sovereignty without His Knowledge and Will. </li>
</ol>Nevertheless the reality of Qadar as explained above should not encourage one to think that he can use the excuse of Qadar to commit sins by leaving his obligations i.e. that he is absolved of his responsibilities by blaming it on Qadar. Any attempt to argue along these lines is false and invalid for the following reasons: <br />
<ol><li>The saying of Allah: <br />
Those who took partners in worship with Allah will say “If Allah had willed we would not have taken partners in worship with Him nor would our fathers have and we would not have forbidden anything (against His Will).” Those that went before likewise belied till they tasted of Our Wrath. Say “Have you any knowledge that you can produce before us? Verily you follow nothing but guesses and you say nothing but a lie.” [Surah al-An’aam (6):148] <br />
These disbelievers did not have any valid excuse when they claimed that whatever they did was according to Qadar. If this excuse was acceptable and true then why would Allah punish them for their sins? </li>
<li>The saying of Allah: <br />
Messengers as bearers of good news as well as of warning (came) in order that mankind should have no plea against Allah after the Messengers (have been sent for their guidance). And Allah is forever All-Powerful All-Wise. [Surah an-Nisaa’ (4):165] <br />
If there were a legitimate excuse for these disbelievers by arguing with Qadar Allah wouldn’t have negated that excuse by the fact that He sent His Messengers according to His Qadar. Thus the disbelievers cannot use Qadar as an excuse for their disbelieving because their disobedience after receiving the message is also by Allah’s Qadar i.e. they could have avoided Allah’s punishment by following His Messengers and yet they chose the path of disobedience by their will.</li>
<li>Al-Bukhari and Muslim report and this version is al-Bukhari’s that Ali ibn Abi Talib () said that the Prophet () said: <br />
One’s <span class="IL_AD" id="IL_AD2">final destination</span> in Hell or Paradise is already determined for each one of you.<br />
A man said: <br />
Should we depend (on this fact) O Messenger of Allah? <br />
He said <br />
No! Perform deeds because everyone will be helped (to do as he will and reach his destiny). Then he read the verse of the Qur’an: <br />
As for him who gives (in charity) and keeps his duty to Allah and fears Him and believes in Goodness We will make smooth for him the path of ease. But he who withholds and thinks himself self-sufficient denies Goodness We will make smooth for him the path of evil. [Surah al-Lail (92):5-10]<br />
And in the version of Muslim the Prophet () said in completion: <br />
Everyone is helped to that for which he was created.<br />
Thus we see that the Messenger of Allah () commanded us to continue striving to do the good deeds and forbade us to depend upon (misconceptions about) Qadar.</li>
<li>Allah commanded mankind to obey Him by observing the laws and regulations. He did not order them to do anything beyond their capacity. Allah the Most Exalted said: <br />
So keep your duty to Allah (and fear Him) as much as you can. [Surah at-Taghaabun (64):16] <br />
And He said: <br />
Allah burdens not a person beyond his scope. [Surah al-Baqarah (2):286]<br />
If man was compelled and forced to do something this would mean that he is required to do what is beyond his capacity. This is a false mistaken belief [which cannot be ascribed to Allah since He commands man and has made him responsible only for what is within his power and by his own free will]. Upon this principle Allah forgives those sins that take place because of the legitimate excuse of ignorance forgetfulness or compulsion. </li>
<li>Qadar is the exclusive secret preserved with Allah. Man’s willful action only takes place by his own volition and will. Thus what he does is built on his own will to act and not upon previous knowledge about Allah’s Qadar. It follows by necessity that seeking to excuse oneself by the pretext of Qadar is not a valid excuse because he had no knowledge of that Qadar. Man cannot use as an argument that which is outside his scope of knowledge.</li>
<li>We see that man is very anxious to benefit himself with what pleases him and makes him feel good and to avoid what causes pains. We do not find anybody leaving these worldly benefits and pleasures to what causes pain with the excuse that Qadar made him do it so why does he leave the religious commandments of Allah which bring him benefit and pleasures and go to what causes harm using this feeble excuse of Qadar? Are not the two situations analogous and similar? <br />
An example will illustrate this point here. If somebody had two roads in front of him to choose from one leading to a place of chaos murder killing looting rape insecurity and hunger and the other leading to a place of proper order excellent security luxurious standard of living and respect for one’s own self family and property: which road would he choose? No sane person would take the road to the first place arguing that Qadar made him do it. Why does someone choose in these matters of the Hereafter what leads him to Hellfire rather than Paradise claiming that Qadar made him do it when he would never make the same argument in mundane affairs?<br />
Another example is that the sick and diseased take medicine when they are ordered to even though they dislike the taste. They leave foods that harm them seeking to cure themselves and get better. It will not happen that these sick people refuse their medicines and take the harmful foods arguing that Qadar made them do it so why would one abandon obeying Allah and His Messenger and instead disobey Allah and His Messenger claiming that Qadar made him do it? [Certainly this is the most foolish of Satan’s tricks and the feeblest of excuses.] </li>
<li>Suppose the person who takes Qadar as a pretext to justify leaving responsibilities and committing sins is attacked by someone who takes his property violates his honor or commits some other similar crime and then the attacker says to him “Hey! Don’t blame me! My attack on you was only because of Allah’s Qadar.” The victim would never accept this excuse from the criminal. How can it be that he won’t accept Qadar as an excuse to justify somebody else’s attack on him while he takes it as an excuse for his own attack against the rights of Allah? [How amazing are his double standards!]<br />
It has been reported that a man who had been caught stealing was brought to Umar ibn al-Khattab (). Umar ordered that his hand be cut off. The man said: “Wait O leader of the believers. I only stole because this was by the Qadar of Allah.” Umar said “And we are cutting your hand off by the Qadar of Allah.” </li>
</ol><strong>The great benefits of believing in the Qadar of Allah include the following:</strong><br />
<ol><li>To trust in Allah in accomplishing your actions. When someone performs actions according to their causes and effects he doesn’t depend on the causes and effects only since he knows that ultimately nothings happens except by the Will of Allah. </li>
<li>To protect oneself from becoming arrogant and haughty when he accomplishes his goals because he knows that his accomplishment was only by the Blessings of Allah Who made it possible for him to achieve his goals. Self-aggrandizement is a kind of ingratitude that makes one forget the obligation of thanking Allah. </li>
<li>To receive from Allah a sense of satisfaction tranquility and security since he realizes that nothing happens except by the Qadar of Allah. He does not become anxious about losing things that please him or receiving things that displease him because he knows that he will only get what the Owner and Master-Sovereign of the heavens and earth has written for him. Allah the Most Exalted said: <br />
No calamity befalls on the earth or upon yourselves but it is inscribed in the Book of Decrees before We bring it into existence. Verily that is easy for Allah. In order that you may not be sad over matters that you fail to get nor rejoice because of that which has been given to you. And Allah likes not prideful boasters. [Surah al-Hadeed (57):22-23]<br />
The Prophet () said: <br />
How amazing is the matter of the believer! There is good in every affair of his and this is not the case with anyone else. If any joy befalls him he gives thanks (to Allah) thus there is good for him in it. If a calamity befalls him he endures it patiently and thus there is a good for him in it. (Reported by Muslim)</li>
</ol>Two groups have fallen into misguidance with regard to belief in the Qadar of Allah:<br />
The first group is the Jabriyyah who say that man is compelled to do whatever he does and that he has no power of his own or free will to act.<br />
The second group is the Qadariyyah who say that man’s actions are independent in will and power from Allah’s Will and Power and that Allah’s Will and Power has no influence on his actions. <br />
The first group’s claim is refuted by both ash-Sharee’ah (revelation and scripture) and by al-Waqi’ (the reality that we observe around us).<br />
Proving the invalidity of the Jabriyyah claim by ash-Sharee’ah (<em>revelation and scriptur</em>e): <br />
Allah the Most Exalted had affirmed that we humans have a will and power of our own. Allah has given us these qualities in the possessive form. <br />
Allah the Most Exalted said: <br />
Among you are some that desire this world and some that desire the Hereafter. [Surah Aali ‘Imraan (3):152] <br />
And He said: <br />
And say: “<em>The Truth is from your Lord.</em>” Then whosoever wills let him believe and whosoever wills let him disbelieve. Verily We have prepared for the unjust a Fire whose walls will be surrounding them. [Surah al-Kahf (18):29] <br />
And He said: <br />
Whosoever does righteous deeds it is for (the benefit of) his own self and whosoever does evil deeds it is against his own self and your Lord is not at all unjust to (His) slaves. [Surah Fussilat (41):46]<br />
Proving the invalidity of the Jabriyyah claim by al-Waqi’ (the reality that we observe around us):<br />
Everybody knows instinctively the difference between his willful actions like when he eats drinks sells and buys and between those acts that fall outside his willpower like shuddering involuntarily and falling off a roof accidentally. The first kind of action is definitely his because he chooses them on his own will and power whereas the second kind is beyond his choice and power. <br />
The Qadariyyah’s claim is refuted by ash-Sharee’ah (revelation and scripture) and by al-Aql (reason and analysis). <br />
Proving the invalidity of the <em>Qadariyyah</em> claim by ash-Sharee’ah (revelation and scripture)<br />
Allah the Most Exalted created everything by His Will and He has made it perfectly clear that all of man’s actions happen only by His Will. Allah the Most Exalted has said: <br />
If Allah had willed succeeding generations would not have fought against each other after clear Verses of Allah had come to them but they differed some of them believed and others disbelieved. If Allah had willed they would not have fought against one another but Allah does what He likes. [Surah al-Baqarah (2):253] <br />
And He said: <br />
And if We had willed surely We would have given every person his guidance but the Word from Me took effect (about evildoers) that I will fill Hell with Jinn and mankind together. [Surah as-Sajdah (32):13] <br />
Proving the invalidity of the Qadariyyah claim by al-‘Aql (reason and analysis) <br />
The entire universe belongs to Allah. It is His domain. Man is part of this universe and belongs to Allah as His slave and servant. It is not the right of the slave and servant to dispose of the property of the Master and Owner except by His Permission and Will.<br />
<em>By the Late Eminent Scholar Sheikh Muhammad ibn Salih Al-Uthaymeen Translation by Abu Salman Diya ud-Deen Eberle</em>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-66414142324296408872012-02-12T23:48:00.000-08:002012-02-12T23:48:01.690-08:00belief in the last day and resurrectionThe Last Day is that enormous event when everyone will be resurrected from death to <span class="IL_AD" id="IL_AD1">the accounting</span> and reckoning to be asked about their deeds: to receive either reward for their good deeds or punishment for their evil deeds. It is called “the Last Day” because it is the final day and the end of earthly time. This is the day when the <strong>people of Paradise</strong> will go to their appointed places in Paradise and those of Hell to the Hellfire. <br />
<em>Belief in the Last Day and Resurrection comprises three aspects: </em><br />
<ol><li> To believe in the resurrection after death. Resurrection will take place when the Trumpet will be blown [by Israafeel] for the <span class="IL_AD" id="IL_AD3">second</span> time [the first being for the death of all living creatures]. Humankind will awaken to face the Lord of the Worlds. They all will stand bare-footed completely naked and uncircumcised before their Lord as Allah the Most Exalted said: <br />
As We began the first <span class="IL_AD" id="IL_AD10">creation</span> so shall We repeat it (it is) a promise binding upon Us. Truly We shall do it. [Surah al-Anbiyaa’ (21):104]. <br />
The Resurrection is an affirmed truth proven by the Qur’an the Sunnah and the unanimous agreement and consensus (Ijmaa’) of all the Muslims. Allah the Exalted said: <br />
Then verily you will be dead after that. Then verily you will be resurrected on the Day of Judgment. [Surah al-Mu’minoon (23):15-16] <br />
And the Prophet () said in a hadeeth agreed upon by al-Bukhari and Muslim: <br />
People will be gathered together on the Day of Judgment barefooted and uncircumcised. <br />
All the Muslims are in agreement affirmed the Resurrection. The Day of Resurrection and Accounting is necessitated by the wisdom of Allah to make a final time to judge everyone according to that which they are accountable. Allah the Most Exalted said: <br />
Did you think that We had created you in play (without any purpose) and that you would not be brought back to Us? [Surah al-Mu’minoon (23):115] <br />
And He the Exalted said to <span class="IL_AD" id="IL_AD7">the Messenger</span> of Allah (): <br />
Verily He Who has given you the Qur’an (O Muhammad) will surely bring you back to the place of return. [Surah al-Qasas (28):85].</li>
<li>To believe in the reckoning of the deeds and reward or punishment accordingly. This is proven through the Book of Allah the Qur’an the Sunnah and consensus of the Muslims. The slaves of Allah will all be reckoned and recompensed for their deeds. Allah the Most Exalted said: <br />
Verily to Us will be their return. Then verily for Us will be their Reckoning. [Surah al-Ghaashiyah (88):25-26] <br />
And He said: <br />
Whoever brings a good deed shall have ten times the like thereof to his credit and whoever brings an evil deed shall have only the recompense of the like thereof and they will not be wronged. [Surah al-An’aam (6):160]<br />
And He said: <br />
And We shall set up <span class="IL_AD" id="IL_AD11">balances</span> of justice on the Day of Resurrection then none will be dealt with unjustly in anything. And if there were the weight of a <span class="IL_AD" id="IL_AD4">mustard seed</span> We will bring it and Sufficient are We as Reckoners. [Surah al-Anbiyaa’ (21):47] <br />
Abdullah ibn Umar () narrated that the Prophet() said: <br />
Allah will bring the believer closer to Him and will shield him from being exposed (for his evil deeds in front of everyone). He will say “Do you remember such and such sin? Do you remember such and such sin?” He will say “Yes O my Lord!” When Allah gets this confession for his sins and the believer thinks that his destruction is upon him Allah will say “I have preserved you from being exposed in front of others for these evil deeds during your lifetime and I am forgiving them for you today.” So he will be given his record of good deeds. As for the disbelievers and the hypocrites they will be called openly in public: “These are the ones who lied against their Lord! Verily Allah’s curse is upon the unjust ones!” (Reported by al-Bukhari and Muslim)<br />
And in an authentic hadeeth the Messenger of Allah () said:<br />
…if somebody intends to do a good deed and he does not do it then Allah will write for him a full good deed. If he intends to do a good deed and he actually does it then Allah will write with Him from ten to seven hundred times to many more times (reward). If somebody intends to do a bad deed and he does not do it Allah will write a full good deed with Him. If somebody intends to do bad deed and actually did it then Allah will write one bad deed (in his account). (Reported by al-Bukhari and Muslim.) Muslims are unanimous in agreement that the Day of Reckoning and the Judgment will come since both logic and wisdom point to it. According to the infinite Wisdom of Allah all people must be judged a final decisive judgment. Allah revealed the Scriptures and sent <span class="IL_AD" id="IL_AD8">the Messengers</span> only that they should be accepted and followed. Moreover Allah obligated the believers to fight against those who oppose the Scriptures and the Messengers and He permitted that their blood be shed and their children women and possessions be seized] according to the strict laws of war]. If there were not a final Day of Reckoning then all these matters would have been in vain! Allah the All-Wise is far removed from such an imperfection and contradiction. <br />
Allah has indicated this line of argument in His saying: <br />
Then surely We shall question those to whom the Book was sent and verily We shall question the Messengers. Then surely We shall narrate unto them (their whole story) with knowledge and <span class="IL_AD" id="IL_AD2">indeed</span> We were not absent. [Surah al-A’raaf (7):6-7]</li>
<li><strong>To believe in Paradise and Hellfire</strong> and that they are the final and everlasting abode for the creatures (men and jinn). <br />
Paradise is the final resting place of ultimate happiness and joy that Allah has prepared for the believers who feared Him believed in Him and sincerely obeyed Him and His Messenger who brought the message. Paradise is described as a place of unimaginable bounties and pleasures which “no eye has ever seen nor an ear ever heard of nor a mind has ever imagined.” <br />
Allah the Most Exalted said: <br />
Verily those who believe and do righteous deeds they are the best of creatures. Their reward with their Lord is Gardens of Eternity underneath which rivers flow wherein they will abide forever; Allah is Well-Pleased with them and they with Him. That is for him who fears his Lord. [Surah al-Bayyinah (98):7-8]<br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
No person knows what is kept hidden for them of joy as a reward for what they used to do. [Surah as-Sajdah (32):17] <br />
Hellfire is the <span class="IL_AD" id="IL_AD6">final destination</span> of torment and punishment that Allah has prepared for the disbelievers the unjust (<span class="IL_AD" id="IL_AD9">criminals</span>) those who disbelieved in Allah and disobeyed the Messengers.<br />
Hellfire contains all kinds of unimaginable punishments and torments. Allah the Most Exalted said: <br />
And fear the Fire which is prepared for the disbelievers. [Surah Aali ‘Imraan (3):131] <br />
And He said: <br />
We have prepared for the wrongdoers a Fire whose walls will be surrounding them. If they ask for help they will be granted water like boiling oil that will scald their faces. Terrible is the drink and what an evil dwelling! [Surah al-Kahf (18):29] <br />
And He said: <br />
Verily Allah has cursed the disbelievers and prepared for them a flaming Fire wherein they will abide forever; and they will find neither a protector nor a helper. On the Day when their faces will be turned and rolled from all sides in the Fire they will say: “Oh would that we had obeyed Allah and obeyed the Messenger (Muhammad).” [Surah al-Ahzaab (33):64-66]</li>
</ol><strong>All that happens after death is included in the belief of the Last Da</strong>y for example:<br />
<ol><li>The trial of the grave wherein all will be asked: Who was your Lord? What was your <span class="IL_AD" id="IL_AD5">religion</span>? Who was your prophet? <br />
So as is explained in the Qur’an and Sunnah Allah will make those who believed resolute with the word that stands firm. Thus the believer will say: “My Lord is Allah my religion is Islam and my Prophet is Muhammed.” But the transgressors will err and go astray. The disbeliever will say: “Haah haah I don’t know.” The hypocrite or the person in doubt1 will say: “I’m not sure I heard the people say something so I just repeated what they said.”</li>
<li>The grave will be a place of either extreme pain and torment or extreme pleasure and happiness.<br />
The pain and torment will be upon the transgressors disbelievers and hypocrites as Allah the Most Exalted said: <br />
And if you but see when the wrongdoers are in the agonies of death while the angels are stretching forth their hands (saying): “Deliver your souls; this day you shall be recompensed with the torment of degradation because of what you used to utter against Allah untruthfully. And you used to reject his signs with disrespect.” [Surah al-An’aam (6):93] <br />
And Allah the Most Exalted said concerning Pharaoh and his followers: <br />
The Fire – they will be exposed to it morning and afternoon and on the Day when the Hour will be established (it will be said to the angels): “Make Pharaoh’s people to enter the severest Torment.” [Surah Ghaafir (40):46]<br />
Imam Muslim reports that Zaid ibn Thabit () narrated: <br />
The Prophet said to his Companions “I would have asked Allah to let you hear what I am hearing of the (peoples’) punishment in the grave but (I refrain) for the fear that you would not bury each other after that.” Then the Prophet peace and blessings of Allah be upon him turned his face towards them saying: “Seek refuge in Allah from the torment of the Fire!” They said: “We seek refuge in Allah from the torment of the Fire.” He said: “Seek refuge in Allah from the torment of the grave!” They said: “We seek refuge in Allah from the torment of the grave.” He said: “Seek refuge in Allah from all calamities whether apparent or hidden!” They said “We seek refuge in Allah from all calamities whether apparent or hidden.” He said: “Seek refuge in Allah from the calamity of one-eyed Antichrist (False Messiah)!” They said “We seek refuge in Allah from the calamity of one-eyed Antichrist (False Messiah).”<br />
The extreme pleasure and happiness of the grave will be for the faithful and truthful believers. Allah the Most Exalted said:<br />
Verily those who say “Our Lord is Allah” and then stood fast on these words on them the angels will descend (at the time of their death saying) “Fear not nor grieve! But receive the glad tidings of Paradise which you have been promised.” [Surah Fussilat (41):30] <br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
Then why do you not (intervene) when (the soul of a dying person) reaches the throat (gurgling)? And you are at the moment looking on (hopelessly)? But We (our angels who take the soul) are nearer to him than you are but you do not see. Then why do you not if you are exempt from the reckoning and recompense bring back the soul (to its body) if you are truthful? Then if he (the dying person) be of those near ones (close to Allah) there is for him rest and provisions and a Garden of Delights (Paradise). [Surah al-Waqi’ah (56):83-89] <br />
It is reported on the authority of al-Baraa ibn ‘Aazib that the Prophet () said about the believer after he is responds to the questioning by the angels: <br />
A caller from heaven will say “My slave has said the truth. Therefore furnish him (in his grave) from (the pleasures of) Paradise and dress him from (the clothes of) Paradise and open a door for him to Paradise.” Then he said “He will receive from its tranquility and beautiful smell. And his grave will be enlarged for him as far a distance as his sight reaches.”<br />
This is reported by Imam Ahmad and Abu Dawood in a long hadeeth [of which only a portion has been mentioned]. </li>
</ol><strong>The great benefits of believing in the Last Day and Resurrection include:</strong><br />
<ol><li>Encouraging the desire to do the deeds of obedience hoping for the bliss and reward of Paradise.</li>
<li>Being terrified of committing deeds of disobedience fearing the punishment of the Hellfire.</li>
<li>Comforting the believer about the pleasures and luxuries that he misses in this worldly life and the hardships and pains he endures in the hope for the bliss and reward of the Paradise. <br />
[Some] disbelievers do not believe that life after death is possible. The falseness of their doubt about the possibility of life after death can be established by: ash-Sharee’ah (revelation and scripture) al-Hiss (physical senses) and al-’Aql (reason and analysis).<br />
Proving the possibility of life after death by ash-Sharee’ah (revelation and scripture) Allah the Most Exalted said: <br />
The disbelievers pretend that they will never be resurrected (for the account). Say (O Muhammad): “Yes! By my Lord you will certainly be resurrected then you will be informed (and recompensed for) what you did and that is easy for Allah.” [Surah at-Taghaabun (64):7] <br />
All Scriptures [like the Torah Psalms and Gospels] are unanimous on this matter (of belief in the Hereafter). </li>
</ol>Proving the possibility of life after death by al-Hiss (physical senses):<br />
To illustrate to us this possibility Allah has given us stories of past events when people saw with their own eyes (and physical senses) how He raised the dead to life. There are five examples given in the second chapter of the Qur’an in Surah al-Baqarah: <br />
<ol><li>The story of the people of Musaa when they said to him “We will not believe in you unless we see Allah openly without a barrier” and thus they were seized by death. Thereafter Allah resurrected them and said to admonish them and all the Children of Israel with this story <br />
And (remember) when you said “O Musaa! We shall never believe in you till we see Allah plainly.” But you were seized with a thunderbolt (and lightening) while you were looking. Then We raised you up after your death so that you might be grateful. [Surah al-Baqarah (2):55-56]</li>
<li><strong>The story of the murdered man among the Children of Israel</strong> when they argued about determining who the murderer was. Allah ordered them to sacrifice a cow and strike the corpse with a part of it so that he can come to life to tell them about the killer. Allah the Most Exalted said about this case: <br />
And (remember) when you killed a man and fell into dispute among yourselves as to the crime. So Allah brought forth that which you were hiding. So We said “Strike him (the dead man) with a piece of it (the cow).” Thus Allah brings the dead to life and shows you His signs so that you may understand. [Surah al-Baqarah (2):72-73]</li>
<li>The story of the group that ran away from their homes fearing death even though they were thousands and could have stood up to their enemies. Allah struck them dead in their tracks and then brought them back to life. Relating this story Allah Most Exalted said in the Qur’an: <br />
Did you (O Muhammad) not think of those who went forth from their homes in thousands fearing death? Allah said to them: “Die!” And then He restored them to life. Truly Allah is full of Bounty to mankind but most men thank not. [Surah al-Baqarah (2):243]. </li>
<li>The story of the man who passed by a dead and deserted village and wondered how Allah would be able to resurrect them. Allah struck him dead for a hundred years and then raised him up again. Relating this story Allah Most Exalted said: <br />
Or like the one who passed by a town all in utter ruins. He said “Oh! How will Allah ever bring it to life after its death?” So Allah caused him to die for a hundred years then raised him up. He said “How long did you remain (dead)?” He [the man] replied “Perhaps I remained (dead) a day or a part of a day.” He said “Nay you have remained for a hundred years; look at your food and your drink they show no change; and look at your donkey! And thus We have made of you a Sign for the people. And look at the bones how We bring them together and clothe them with flesh.” When this was clearly shown to him he said “I Know (now) that Allah is Able to do all things.” [Surah al-Baqarah (2):259]</li>
<li>The story of Ibraheem () who asked Allah to show him how He resurrects the dead. Allah ordered him to slaughter four birds cut them in pieces and spread these pieces to various mountains. Then He told him to call these dead birds and when he did they came back to him flying. On this Allah the Most Exalted said: <br />
And (remember) when Ibraheem said “My Lord! Show me how You give life to the dead.” Allah said “Do you not believe?” Ibraheem said “Yes but to be stronger in faith.” He said “Take four birds then cause them to incline towards you (to slaughter them and cut them into pieces) and then put a portion of them on every hill and call them they will come to you in haste. And know that Allah is All-Mighty All-Wise.” [Surah al-Baqarah (2):260] <br />
These five historically authentic examples which were physically experienced prove that the dead can rise back to life by the Will of Allah. The fact that ‘Eesaa raised the dead from their graves by the Will of Allah has already been mentioned above.</li>
</ol>Proving the possibility of life after death al-Aql (reason and analysis):<br />
Two rational arguments can be presented here:<br />
The first argument is that Allah is the Original Creator of all the creation and thus He who is capable of the first creation is also capable of re-creation which is even simpler. Allah the Most Exalted said: <br />
And it is He Who originates the creation then He will repeat it (after it has been perished) and this is easier for Him. [Surah ar-Room (30):27] <br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
As We brought (into existence) the first creation We shall repeat it (it is) a promise binding upon Us. Truly We shall do it. [Surah al-Anbiyaa’ (21):104] <br />
And Allah the Most Exalted said to those who deny that Allah can restore decayed bones: <br />
Say (O Muhammad) “He will give life to them Who created them for the first time! And He is the All-Knower of every creation.” [Surah Yaa-Seen (36):79]<br />
The second argument is that we observe the earth lifeless and barren from lack of rain. Allah sends the rains and then we observe the soil coming back to life and various kinds of plants spring forth green and flourish. So the One Who brings life back to the dead earth and makes the plants flourish is able also to raise the dead animals back to life. Allah the Most Exalted said: <br />
And among His Signs you see the earth barren but when We send down water (rain) to it it is stirred to life and growth (of vegetation). Verily He Who gives it life surely is able to give life to the dead. Indeed! He is able to do all things. [Surah Fussilat (41):39] <br />
And He said: <br />
And We send down blessed water (rain) from the sky then We produce therewith gardens and grains of all harvests that are reaped; and tall date palms with ranged clusters; provisions for (Allah’s) slaves. And We give life therewith to dead land. Thus will be the Resurrection (of the dead). [Surah Qaaf (50):9-11]<br />
Some misguided people say that the punishment or bliss in the grave is not possible since it is against the reality we see when we open the graves and find the decomposed corpses. They say that we do not find that the grave has expanded its size or grown narrow as some hadeeth mention.<br />
This claim of theirs is invalid by proofs of ash-Sharee’ah (revelation and scripture) al-Hiss (physical senses) and al-Aql (reason and analysis).<br />
Proving the possibility of punishment or bliss in the grave by ash-Sharee’ah (revelation and scripture): <br />
Some of the proofs have been mentioned above. One other proof that is reported by al-Bukhari is the narration of Abdullah ibn Abbaas () when he said <br />
The Prophet passed by some walls in Madeenah and heard the screams of two persons who were being punished in their graves. He mentioned the reasons behind this punishment saying “One of them did not protect himself (spoiling his clothes) from urine. The other one used to spread gossip.” <br />
Proving the possibility of punishment or bliss in the grave by al-Hiss (physical senses):<br />
Sometimes we sense ourselves in our dreams that we are in a huge expanse or extremely constricted and confined feeling the pain of being squeezed and the fear of claustrophobia. Sometimes we are even jerked awake from these nightmares only to find ourselves sitting in our beds. Sleep is the twin of death and this is why Allah calls it a type of “Wafaat” (fulfillment appointed time of death and its like) as Allah the Most Exalted said: <br />
It is Allah Who takes away the souls at the time of their death and those that die not during their sleep. He keeps those (souls) for which He had ordained death and sends the others (back) for a term appointed. Verily in this are signs for a people who think deeply. [Surah az-Zumar (39):42] <br />
Proving the possibility of punishment or bliss in the grave by “al-‘Aql” (reason and analysis):<br />
Sometimes a person sees a dream that becomes true and conforms to exact events and traits of the real world. For example one might see the Prophet () in their dreams. Whoever sees the Prophet in the shape that he is described in the books of hadeeth we know has truly seen him even though the sleeper is simply in his room on his bed far away from what he is seeing. If this is the case in matters of the physical world wouldn’t it be possible in matters of the Hereafter?<br />
As for the doubts of the disbelievers concerning that they do not see the punishment of the corpses or that the graves expand in size or grow narrow as some hadeeth mention this is answered by the following points: <br />
The first point is that one is not allowed to refute religious matters and Sharee’ah (law) with mere doubts and suspicions of this nature without any solid argument against since it may be that the deficiency is only in understanding as the Arab poet said:<br />
Many are those who claim a sound saying is defective <br />
Whereas nothing is defective but their own understanding.<br />
The second point is that these issues of the grave are of the realm of the unseen a realm not sensed by physical senses. If matters of the unseen could be tested and affirmed by physical senses there would not be any benefit of believing in and having belief in the revelations about the unseen realm because this would equalize the believer and disbeliever.<br />
The third point is that only the dead person himself experiences punishment or bliss of the grave and its expansiveness or constriction. The case is similar with the sleeping person since only the dreamer feels the sensations of his dreams whether nightmares of contractions or expanses of lightheartedness while for others he is asleep in his bed in his room. Similarly the Prophet () would receive revelation and the companions next to him would not hear the revelation while he did. Sometimes the angel would come to the Prophet () in the shape of a man but the companions were not able to see or hear the angel.<br />
The fourth point is that we creatures have a limited sensual capacity. Much physical reality is outside our range of perception. Everything in the universe the seven heavens the earth and all that is therein praise and glorify Allah but we cannot hear their forms of praise and glorification and only sometimes does Allah give the power to some of His creatures to hear them as He the Most Exalted said:<br />
The seven heavens and the earth and all that is therein glorify Him and there is not a thing but that glorifies His praise but you do not understand their glorification. Truly He is Ever Forbearing Oft-Forgiving. [Surah al-Israa’ (17):44]. <br />
Similarly the Jinn3 go back and forth and travel about on the earth but we cannot see them. The Jinn came to the Messenger () and listened to his recitation of the Qur’an. After he finished the recitation they went back to their nation of Jinn to convey the Message to them [as verses of the Qur’an relate]. <br />
ll of this is outside the range of our sense perception. Allah the Most Exalted said: <br />
<em>O Children of Adam! Let not Satan deceive you as he got your parents (Adam and Eve) out of Paradise stripping them of their raiment to show them their private parts. Verily he and his soldiers see you from where you will not see them. Verily We made the devils protectors and helpers of those who believe not.</em> [Surah al-A’raaf (7):27]. <br />
If we the creatures do not know what exists beyond our range of perception and comprehension we cannot deny its existence. Therefore it is not allowed for us to dispute what has been proven to exist of the unseen realm by revealed scriptures<br />
<em>By the Late Eminent Scholar Sheikh Muhammad ibn Salih Al-Uthaymeen Translation by Abu Salman Diya ud-Deen Eberle</em>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-36837728250847066652012-02-12T23:38:00.001-08:002012-02-12T23:38:01.301-08:00syurga dan neraka sebagai kendali kehidupan<i>“Berbekallah <span class="IL_AD" id="IL_AD12">kalian</span> sesungguhnya sebaik-baik bekal adl taqwa.” </i> <br />
Taqwa amat berharga dalam kehidupan seorang Mukmin krn menjadi tolok ukur nilai dirinya di sisi Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hujurat 13 yg artinya “<i>Sesungguhnya <span class="IL_AD" id="IL_AD10">orang</span> yg paling mulia diantara kalian di hadapan Allah adl yg paling bertaqwa</i>.” <br />
Begitu pula utk mengarungi kehidupan akhirat tidak ada bekal yg lbh baik selain taqwa firman-Nya dal Surah Al-Baqarah 197 yg artinya “<i>Berbekallah kalian sesungguhnya sebaik-baik bekal adl taqwa</i>.” <br />
Ketaqwaan juga menyebabkan semua urusan dimudahkan oleh Allah SWT dan dikaruniai rezeki yg tidak terduga. Firman Allah SWT dalam Surah Ath-Thalaq 2-3 yg artinya “<i>Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan nya</i>.” <br />
Pendek kata taqwa adl sesuatu yg paling mahal yg harus kita kejar raih dan pertahankan dalam diri kita jika ingin menjadi manusia yg paling mulia baik di dunia maupun kelak setelah berpisahnya ruh dari jasad. <br />
Hakikat Taqwa Sebelum berbicara panjang lebar mengenai langkah-langkah meraih taqwa berikut ini definisi taqwa sebagaimana yg dikatakan oleh ibnu Mas’ud “<i>Engkau berbuat taat kepada Allah dgn cahaya dari Allah dgn mengharap pahala Allah dan engkau tinggalkan maksiat kepada-Nya dgn cahaya dariNya krn takut akan siksaNya</i>“. <br />
Dan pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa nilai taqwa seseorang amat berkait dgn kadar raja’ terhadap pahala Allah SWT dan kadar khauf terhadap neraka Allah SWT. Selain itu tentu yg paling awal adl seberapa kadar ma’rifatullah yg ia miliki. Itulah tiga unsur dasar yg mendorong seseorang utk bertaqwa kepada Allah SWT. <br />
Oleh krn itu seseorang tidak mungkin bisa menjadi Muttaqin sejati tanpa rasa takut kepada hari akhir yg ujung-ujungnya adl penentuan <span class="IL_AD" id="IL_AD9">tempat</span> tinggal syurga atau neraka! Mari kita simak ayat berikut dalam Surah Al-Muzammil 17 yg artinya “<i>Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yg menjadikan anak-anak beruban</i>“. <br />
Syurga Dan Neraka Pengaruhnya Terhadap Generasi Salafush Shaleh Sebagaimana telah disinggung rasa takut terhadap neraka dan rindu terhadap syurga adl bagian iman yg sangat penting. Bagian ini pulalah yg menyebabkan seseorang mampu mengorbankan apa saja utk Rabbnya dan rela meninggalkan hawa nafsunya agar terhindar dari neraka. Marilah kita simak kembali lembar kehidupan generasi terbaik ummat ini. Salaf Ash-Shaleh yg telah berhasil meresapkan rasa takut terhadap neraka dan rindu terhadap syurga ke dalam sanubari mereka. <br />
Shahabat yg mulia Anas bin Malik r.a. mengisahkan bahwa dalam perang Badar Rasulullah SAW bersabda “<i>Bangkitlah kalian menuju syurga yg luasnya seluas langit dan bumi</i>.” Seorang shahabat yg bernama Umair bin Hamam berkata “<i>Seluas langit dan bumi ya Rasulullah</i>?” “<i>Ya</i>” jawab Rasul. Umair bergumam “<i>Bakh . . . bakh</i> . . .”. Rasulullah SAW bertanya “<i>Apa maksud perkataanmu itu</i>?” Umair menjawab “<i>Demi Allah wahai Rasulullah tidak ada maksud dari perkataanku tadi kecuali aku mengharap utk menjadi salah seorang penghuninya</i>“. Lalu Rasulullah SAW bersabda “<i>Sesungguhnya kamu termasuk salah seorang penghuninya</i>“. Umair kemudian mengeluarkan beberapa kurma dari kantongnya dan memakan sebagian. Kemudian ia berkata “<i>Jika saya harus memakan korma-korma ini semua tentu merupakan kehidupan yg terlalu lama</i>“. Lalu ia lemparkan sisa kormanya kemudian segera maju menyerang musuh sehingga ia terbunuh dan syahid . . . <br />
Begitu juga Amru bin Jamuh. <span class="IL_AD" id="IL_AD7">Lelaki</span> ini diberi udzur utk tidak ikut berperang krn kepincangannya. Namun cacat tersebut tidak menghalangi tekadnya utk memasuki syurga dgn jalan jihad bertaruh nyawa. Ketika para putranya mencoba utk menghalanginya agar tidak pergi berperang justru ia mengadu kepada Rasulullah SAW tentang keinginannya masuk syurga dgn kakinya yg pincang. Akhirnya ia diijinkan ikut dalam perang Uhud. Ketika perang sedang berkecamuk Rasulullah SAW bersabda “<i>Bersegeralah utk bangkit menuju syurga yg luasnya seluas langit dan bumi yg disiapkan bagi orang-orang yg bertaqwa</i>“. Maka Amru bin Jamuh segera bangkit dgn kakinya yg pincang seraya berkata “<i>Demi Allah aku akan bersegera kepadanya</i>“. Kemudian ia berperang sampai terbunuh . . . <br />
Sekarang marilah kita melihat gambaran lain dari generasi yg mulia ini tentang rasa takut mereka terhadap neraka. Mereka adl orang-orang yg menjadikan malam mereka penuh tangis dan harap agar terselamatkan dari neraka. Mereka adl sejauh-jauh manusia yg meninggalkan larangan Allah SWT. <br />
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mempunyai seorang budak. Suatu malam budak tersebut datang kepadanya dgn membawa makanan. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. sedang memakannya satu suapan budak tadi berkata “<i>Mengapa engkau tidak menanyakan tentang makanan ini padahal biasanya engkau selalu menanyakannya</i>?” Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. menjawab “<i>Karena saya sangat lapar. Dari mana kau dapatkan makanan ini</i>?” budak itu menjawab “<i>Suatu saat pada masa jahiliyyah aku melewati suatu kaum kemudian meruqyah mereka dan mereka menjanjikan kepadaku. Tatkala lain waktu saya singgah ke tempat tersebut saya diberi hadiah</i>“. Berkata Ash-Shiddiq “<i>Celakalah kau . . . hampir saja kamu mencelakakanku</i>“. ia meminta semangkuk air dan meminumnya sampai ia bisa memuntahkan makanan tadi. Orang yg melihat hal itu berkata “<i>Semoga Allah merahmatimu. Hanya karan sesuap makanan itukah kau lakukan semua ini</i>?” Beliau menjawa “<i>Seandainya ia tidak bisa keluar kecuali bersama jiwaku pasti aku akan mengeluarkannya. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda ‘Setiap jasad yg tumbuh dari hart yg haram maka neraka adl lbh pantas baginya’. Maka aku takut jika tubuhku ini tumbuh dari sesuap makanan tersebut</i>“. <br />
Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. suatu ketika menangis sehingga isterinya ikut menangis. Karena tangisan mereka berdua para tetangganya pun ikut menangis. setelah tangis reda isterinya Fatimah bertanya kepadanya “Wahai Amirul Mukminin apa yg membuatmu menangis?’. Ia menjawab “<i>Saya membayangkan keadaan manusia nanti di hadapan Allah SWT. Sebagian masuk syurga dan lainnya masuk neraka</i>“. Kemudian ia menjerit dan pingsan . . . <br />
<span class="IL_AD" id="IL_AD4">Abdullah</span> bin Mubarak suatu malam pelita yg meneranginya padam. Setelah dihidupkan kembali ternyata jenggotnya sudah basah dgn air mata krn membayangkan kegelapan hari akhir nanti . . . <br />
Demikian juga Abu Faruq pingsan setelah mendengar satu ayat Al-Qur’an. <br />
Kondisi jiwa seperti inilah yg membuat mereka menjadi manusia yg paling zuhud dan wara’ terhadap dunia dan takut berbuat dosa walau sekecil apapun. <br />
Ikuti lanjutannya “Kondisi Generasi Kiwari” dalam edisi yg akan datang….. <br />
Oleh <i>Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia</i> <br />
sumber file al_islam.chmsemua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-73184292179278478072012-02-12T23:35:00.000-08:002012-02-12T23:35:27.981-08:00dalil tentang pakaian ketika sholatSyaikh Masyhur Hasan SalmanMuqadimahPakaian sebagai <span class="IL_AD" id="IL_AD3">kebutuhan</span> primer kita sehari-hari sangat layak diperhatikan terlebih ketika kita menghadap Allah di dalam sholat. Kita diharuskan berpakaian bersih suci dari segala jenis najis dan menutup aurat. Permasalahan bersih dari najis tentu kita sudah banyak yg memahaminya.<br />
Tetapi tentang menutup aurat? Seperti bagaimanakah pakaian yg seharusnya dikenakan di waktu sholat? <span class="IL_AD" id="IL_AD6">Pertanyaan</span>-pertanyaan inilah yg akan kita kupas pada rubrik ahkam kali ini lewat tulisan Syaikh Masyhur Hasan Salman dalam sebuah karya beliau yg berjudul Al Qaulul Mubin fi Akhtha`il Mushallin yg diterbitkan oleh penerbit Dar Ibni Qayim Arab Saudi hal 17-32. Beliau termasuk murid <span class="IL_AD" id="IL_AD1">senior</span> Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani pakar hadits abad ini yg karya-karyanya sudah beredar di seluruh dunia dan menjadi rujukan para thalibul ‘ilmi.Tasyabuh dalam BerpakaianSebuah riwayat dalam Shahih <span class="IL_AD" id="IL_AD7">Muslim</span> disampaikan dgn sanadnya sampai kepada Abu Utsman An Nahdi ia berkata Umar pernah mengirim surat kepada kami di <span class="IL_AD" id="IL_AD2">Azerbaijan</span> yg isinya: ‘Wahai Utbah bin Farqad! Jabatan itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ayah dan ibumu. Karena itu kenyangkanlah kaum muslimin di negeri mereka dgn apa yang mengenyangkan di rumahmu(1) hindarilah bermewah-mewah memakai pakaian ahli syirik dan memakai <span class="IL_AD" id="IL_AD9">sutera</span>. Dalam Musnad Ali bin Ja’ad ada tambahan ..pakailah sarung rida’ dan <span class="IL_AD" id="IL_AD4">sandal</span> serta buanglah selop dan celana panjang.. pakailah pakaian bapak kalian Ismail hindarilah berni’mat- ni’mat dan hindarilah pakaian orang-orang asing. {Riwayat Ali bin Ja’ad dan Abu Uwanah dengan sanad shahih}.Waki’ dan Hanad meriwayatkan ucapan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu di dalam Az Zuhd beliau berkata Pakaian tidak akan serupa hingga hati menjadi serupa. .Ucapan beliau ini diambil dari sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam<b>مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ</b> Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari kaum itu. {HSR Abu Dawud Ahmad dan selainnya}.Dari sinilah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan rakyatnya agar membuang selop dan celana panjang serta memerintahkan mereka mengenakan pakaian yg biasa dikenakan orang Arab yaitu dgn tujuan memlihara kepribadian mereka agar jangan condong kepada orang-orang ‘ajam.Perbuatan tasyabuh yg dilakukan oleh umat ini kepada musuh-musuhnya merupakan tanda lemahnya iltizam mereka dan lemahnya akhlak mereka. Mereka telah ditimpa penyakit bunglon dan bimbang. Perjalanan mereka pun guncang seperti benda padat yg telah cair siap dileburkan dalam berbagai bentuk di tiap waktu. Bagaimana pun juga tasyabuh ini merupakan penyakit yg jelek. Perumpamaannya seperti seorang yg menisbatkan dirinya kepada orang lain selain ayahnya. Mereka tidak disukai oleh umat yg melahirkan mereka tidak pula diakui umat yg mereka tiru dan cintai.Mungkin timbul pertanyaan: Kenapa para ulama tidak berupaya meluruskan kebiasaan atau adat ini sebelum menjadi perkara besar? Jawabannya: Sesungguhnya para ulama telah berupaya keras meluruskannya akan tetapi dalam berhadapan dgn kenyataan bahwa yg mayoritas mengalahkan yg minoritas sehingga upaya para ulama tersebut tidak banyak memberikan hasil. Banyak dari kaum muslimin merasa pada posisi yg sulit di tengah-tengah adat dan pakaian kaum musyirikn padahal di antara mereka ada yg dikenal alim. Mereka inilah yg menjadi contoh jelek bagi kaum muslimin wal ‘iyadzu billah.(2)Lebih parah lagi di antara mereka ada yg meninggalkan shalat hanya krn khawatir pantalonnya berkerat-kerut hingga merusak penampilan. Hal ini banyak kita dgn dari mereka.<br />
Karena itu di antara upaya menghidangkan sunnah di hadapan umat kami bawakan beberapa kriteria pakaian sholat yg sepatutnya diperhatikan seorang muslim supaya terhindar dari hal-hal tersebut di atas.Pakaian dalam SholatKriteria tersebut adalah:1. Tidak ketat sehingga menggambarkan bentuk aurat.Mengenakan pakaian ketat jelas tidak disukai syariat dan kedokteran krn efeknya berbahaya bagi badan. Bahkan ada yg saking ketatnya hingga membuat pemakainya tidak dapat sujud.<br />
Bila krn mengenakannya seseorang <strong> meninggalkan sholat </strong> maka jelas pakaian semacam ini haram. Dan memang kenyataan menunjjukkan bahwa mayoritas orang yg mengenakan pakaian semacam ini adl orang-orang yg tidak sholat.Demikian pula banyak di antara kaum muslimin di jaman ini yg menunaikan sholat dgn pakaian yg membentuk kedua kemaluan atau membentuk salah satunya. Al Hafizh Ibnu Hajar meceritakan sebuah riwayat dari Asyhab tentang seseorang yg sholat hanya dgn menggunakan celana panjang beliau berkata Hendaknya ia mengulangi sholatnya ketika itu juga kecuali bila celananya tebal. Sedangkan sebagian ulama Hanafiyah memakruhkan hal itu. Padahal saat itu keadaan celana panjang mereka sangat longgar lalu bagaimana dgn celana <span class="IL_AD" id="IL_AD5">pantalon</span> yg sangat sempit?!Syaikh Al Albani berkata Celana pantalon mengandung dua cela.Pertama orang yg menggunakannya berarti bertasyabuh dgn kaum kafir. Pada mulanya kaum muslimin mengenakan celana panjang yg luas dan longgar yg sekarang masih digunakan oleh sebagian orang di Suriah dan <span class="IL_AD" id="IL_AD11">Libanon</span>. Mereka sama sekali tidak mengenal celana pantalon kecuali setelah mereka ditaklukkan dan dijajah. Kemudian setelah kaum penjajah takluk dan mengundurkan diri mereka meninggalkan jejak yg buruk lalu dgn kebodohan dan kejahilan kaum muslimin melestarikan peninggalan mereka tadi.Kedua celana pantalon dapat membentuk aurat sedangkan aurat laki-laki adl dari lutut hingga pusar. Ketika sholat seorang muslim seharusnya amat jauh dari keadaan bermaksiat kepada RabbNya namun bagi mereka yg menggunakan celana pantalon anda akan melihat kedua belahan pantatnya terbentuk bahkan dapat membentuk apa yg ada di antara kedua pantatnya tersebut. Bagaimana muungkin orang yg dalam keadaannya semacam ini dikatakan sholat dan berdiri di hadapan Rabbul ‘Alamin?!Anehnya banyak di antara pemuda muslim yg mengingkari wanita-wanita berpakaian ketat atau sempit krn membentuk bodinya sementara mereka sendiri lupa akan diri mereka. Mereka sendiri terjatuh pada hal yg diingkari sebab tidak ada perbedaan antara wanita yg berpakaian sempit dan membentuk tubuhnya dgn pria yg memakai celana pantalon yg juga membentuk pantatnya. Pantat pria dan pantat wanita keduanya sama-sama aurat. Karena itu wajib bagi para pemuda utk segera menyadari musibah yg telah melanda mereka kecuali orang yg dipelihara Allah namun mereka sedikit(3).Adapun bila celana pantalon tersebut luas maka sah sholat dengannya. Namun akan lbh utama bila di atasnya ada gamis yg menutup antara pusar hingga lutut atau lbh rendah hingga pertengahan betis atau mata kaki. Yang demikian lbh sempurna dalam menutup aurat(4). {Al Fatawa 1/69 oleh Syaikh bin Baz}.2. Tidak tipis dan tidak transparanSebagaimana makruh nya sholat dgn pakaian ketat yg menggambarkan bentuk aurat maka demikian pula tidak boleh sholat dgn pakaian yg tipis yg tampak secara transparan apa yg ada di baliknya seperti pakaian sebagian orang yg gila <span class="IL_AD" id="IL_AD8">mode</span> di jaman ini mereka poles apa yg dianggap aib oleh syariat hingga tampak indah. Mereka adl tawanan- tawanan syahwat budak-budak adat dan mereka mempunyai propagandis yg menyerukan propaganda-propaganda <span class="IL_AD" id="IL_AD10">menawarkan</span> mode-mode baru Inilah yg terbaru inilah yg trendi tidak kolot dan kuno(5). Termasuk dalam bab ini adl sholat dgn mengenakan pakaian tidur piyama . Sebuah riwayat yg dibawakan oleh Imam Bukhari di dalam Shohihnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Pernah ada seseorang yg datang menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya tentang sholat dgn mengenakan satu pakaian. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab Bukankah tiap kalian mampu mendapatkan dua pakaian!? Kemudian seseorang bertanya kepada Umar lalu Umar menjawab Bila Allah memberikan kelapangan seseorang hendaknya ia sholat dgn sarung dan jubah atau sarung dan gamis atau sarung dan <span class="IL_AD" id="IL_AD12">mantel</span> atau celana panjang dan gamis atau celana panjang dan jubah atau celana panjang dan mantel atau celana pendek dan mantel atau celana pendek dan gamis . .Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu pernah melihat Nafi’ sholat sendiri dgn mengenakan satu pakaian. Lalu beliau berkata padanya Bukankah saya memberimu dua pakaian? Nafi’ menjawab Benar. Ibnu Umar bertanya pula Apakah kamu pergi ke pasar dgn mengenakan satu pakaian? Nafi’ menjawab Tidak. Ibnu Umar berkata Allah yg lbh berhak bagimu berhias untukNya. (6)Demikian pula orang yg sholat dgn pakaian tidur tentunya ia malu pergi ke pasar dengannya krn tipis dan transparan.Ibnu Abdil Barr dalam At Tahmid 6/369 mengatakan Sesungguuhnya ahli ilmu menganggap mustahab bagi seseorang yg mampu dalam pakaian agar berhias dgn pakaian minyak wangi dan siwaknya ketika sholat sesuai dgn kemampuannya. Para fuqaha dalam membahas syarat-syarat sahnya sholat yaitu pada pembahasan Menutup Aurat mereka mengatakan Syarat bagi pakaian penutup adl tebal tidaklah sah bila tipis dan mengesankan warna kulit. Semua ini berlaku bagi pria dan wanita baik pada sholat sendiri ataupun sholat berjamaah.<br />
Dengan demikian siapa saja yg terbuka auratnya padahal ia mampu menutupnya maka sholatnya tidak sah walaupun sholat sendiri di tempat yg gelap krn sudah merupakan ijma’ akan wajibnya menutup aurat di dalam sholat.Allah ta’ala berfirmanيَا بَنِيْْ آدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ Wahai anak Adam! Pakailah pakaianmu yg indah di tiap masjid. .Yang dimaksud dgn zinah pada ayat di atas yaitu pakaian sedangkan yg dimaksud dgn masjid yaitu sholat. Artinya Pakailah pakaian yg menutup aurat kalian ketika sholat. Ucapan Umar radhiyallahu ‘anhu yg menyebutkan jenis-jenis pakaian yg menutup atau yg banyak dipakai tersebut merupakan dalil akan wajibnya sholat dgn pakaian yg menutup aurat. Beliau menggabungkan yg satu dgn yg lain bukan berarti pembatasan akan tetapi yang satu bisa mengganti kedudukan yg lain. Adapun mengenakan satu pakaian hanya boleh dilakukan dalam keadaan yg mendesak atau terpaksa. Di sana juga terdapat faidah bahwa sholat dgn dua pakaian itu lbh afdhol daripada dgn satu pakaian. Dan Al Qodhi Iyadh telah menegaskan ijma’ dalam hal ini.(7)Berkata Imam Syafi’i rahimahullah Bila seseorang sholat dgn gamis yg transparan(8) maka sholatnya tidak sah. (9)Beliau juga berkata Yang lbh parah dalam hal ini adl kaum wanita bila sholat dgn daster dan kudung sedangkan daster menggambarkan bentuk tubuhnya. Saya lbh suka wanita tersebut sholat dgn mengenakan jilbab yg lapang di atas kudung dan dasternya sehingga tubuh tidak terbentuk dgn daster tadi. (10)Untuk itu hendaknya kaum wanita tidak sholat dgn pakaian yg transparan seperti pakaian dari nilon dan sejenisnya krn bahan jenis ini walaupun luas dan menetup seluruh tubuh namun selalu terbuka atau membentuk. Dalilnya adl sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamسَيَكُوْنُ فِي آخِرِ أُمَّتِيْ نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ.. Akan ada kelak pada umatku wanita-wanita yg berpakaian tetapi telanjang.. {HR Malik dan Muslim}.Ibnu Abdil Barr berkata Yang dimaksud oleh Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adl wanita yg mengenakan pakaian tipis atau mini yg membentuk tubuh dan tidak menutup auratnya. Mereka disebut berpakaian tetapi pada hakekatnya telanjang. (11)Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah sebuah riwayat sebagai berikut Suatu hari Al Mundzir bin Az Zubair datang dari Iraq lalu ia mengirim oleh-oleh kepada Asma` pakaian tipis dan antik dari Quhistan dekat Khurasan setelah ia mengalami kebutaan. Ia pun lantas meraba pakaian tersebut dengan tangannya kemudian berkata Ah! Kembalikan pakaian ini. Pengantarnya merasa tidak enak dan berkata Wahai ibu! Sungguh pakaian ini tidak transparan. Asma` berkata Pakaian ini walaupun tidak transparan akan tetapi membentuk. (12)Kata As Safarini dalam Gidza`ul Albab Bila pakaian itu tipis hingga tampak aurat si pemakainya baik lelaki maupun wanita maka dilarang dan haram mengenakannya. Sebab secara syariat dianggap tidak menutup aurat sebagaimana diperintahkan. Hal ini tidak diperselisihkan lagi. (13)Kata Imam As Syaukani dalam Nailul Author 2/115 Wajib bagi wanita menutup badannya dengan pakaian yg tidak membentuk tubuuh inilah syarat dalam menutup aurat. Sebagian fuqoha menyebutkan Pakaian yg transparan pada sekilas pandangan keberadaannya seperti tidak ada. Karena itu tidak ada sholat bagi yg mengenakannya {untuk sholat}. Sebagian yg lain menegaskan bahwa pakaian para salaf tidak ada yg terbuat dari bahan yang membentuk aurat krn tipis sempit atau yg lain.3. Tidak membuka auratAda beberapa golongan yg terkadang sholat dgn aurat terbuka di antaranya:a. Mereka yg mengenakan celana panjang pantalon yg membentuk aurat atau mengesankannya atau transparan dgn kemeja pendek. Ketika ruku’ dan sujud kemeja tertarik ke atas sedang celana tertarik ke bawah. Dengan demikian punggung dan sebagian auratnya tampak. Hal ini kadangkala terjadi bila tidak bisa dikatakan sering. Perhatikanlah aurat mughalladhah nya tampak ketika ia ruku’ atau sujud di hadapan Rabbnya.<br />
Na’udzubillah! Kita berlindung kepada Allah dari kebodohan sebab bila dalam keadaan demikian sedang aurat terbuka jelas mengantarkan pada batalnya sholat. Lantas siapa kambing hitamnya? Celana pantalon dan memang celana pantalon asalnya dari negeri kafir.(14)Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin dalam menanggapi beberapa kesalahan yg dilakukan sebagian kaum muslimin di dalam sholat beliau berkata Banyak di antara manunsia tidak lagi mengenakan pakaian yg luas dan lapang mereka hanya mengenakan celana panjang dan kemeja pendek yg menutupi dada dan punggung. Bila mereka ruku’ kemeja tertarik hingga tampak sebagian punggung dan ekornya yg merupakan aurat dan dilihat oleh orang yg ada di belakangnya. Padahal terbukanya aurat merupakan sebab batalnya sholat.(15)b. Wanita yg tidak menjaga pakaian dan tidak memperhatikan menutup seluruh badan sedang ia berada di hadapan Robbnya baik krn bodoh malas atau acuh tak acuh. Padahal sudah menjadi kesepakatan bahwa pakaian yg mencukupi bagi wanita utk sholat adl baju panjang dan kerudung.(16)Kadang-kadang seorang wanita sudah memulai sholat padahal sebagian rambut atau lengan atau betisnya masih terbuka. Maka ketika itu –menurut jumhur ahli ilmu- wajib ia mengulangi sholatnya. Dalilnya adl hadits yg diriwayatkan oleh Sayidah Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaلاَيَقْبَلُ اللهُ صَلاَة حَائِضٍ إِلاَّ بِخِمَارٍ Allah tidak menerima sholat wanita yg telah haid kecuali dgn kerudung. {HSR Ahmad Abu Dawud Tirmidzi dan yg lain}.Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya sebagai berikut Pakaian apa yg pantas dikenakan wanita utk sholat? Beliau menjawab Kerudung dan baju panjang yg longgar sampai menutup kedua telapak kaki. (17) .Imam Ahmad juga pernah ditanya Berapa banyak pakaian yg dikenakan wanita utk sholat? Beliau menjawab Paling sedikit baju rumah dan kudung dgn menutup kedua kakinya dan hendaknya baju itu lapang dan menuutup kedua kakinya. Imam Syafi’i berkata Wanita wajib menutup seluruh tubuhnya di dalam sholat kecuali dua telapak tangan dan mukanya. Beliau juga berkata Seluruh tubuh wanita adl aurat kecuali telapak tangan dan wajah.<br />
Telapak kaki pun termasuk aurat. Apabila di tengah sholat tersingkap apa yg ada antara pusar dan lutut bagi pria sedang bagi wanita tersingkap sedikit dari rambut atau badan atau yg mana saja dari anggota tubuhnya selain yg dua tadi dan pergelangan –baik tahu atau tidak- maka mereka harus mengulang sholatnya. Kecuali bila tersingkap oleh angin atau krn jatuh lalu segera mengembalikannya tanpa membiarkan walau sejenak. Namun bila ia membiarkan sejenak walau seukuran waktu utk mengembalikan maka ia tetap harus mengulanginya. (18) Oleh krn itu wajib bagi <strong> wanita muslimah </strong> memperhatikan pakaian mereka di dalam sholat lebih-lebih di luar sholat.Banyak juga dari mereka yg sangat memperhatikan bagian atas badan yaitu kepala. Mereka menutup rambut dan pangkal leher tapi tidak memperhatikan anggota badan bagian bawah dengan kaos kaki yg sewarna dgn kulit sehingga tampak semakin indah. Terkadang ada di antara mereka yg sholat dgn penampilan semacam ini. Hal ini tidak boleh. Wajib bagi mereka utk segera menyempurnakan hijab sebagaimana yg diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Teladanilah wanita-wanita Muhajirin ketika turun perintah Allah agar mengenakan kerudung mereka segera merobek korden-korden yg mereka punyai lalu memakainya sebagai kerudung. Tetapi sekarang kita tidak perlu menyuruh mereka merobek sesuatu cukup kita perintahkan mereka memanjangkan dan meluaskannya hingga menjadi pakaian yg benar-benar menutup.(19)Mengingat telah meluasnya pemakaian jilbab pendek di kalangan muslimah di beberapa negeri yang berpenduduk muslim maka saya memandang penting utk menjelaskan secara ringkas bahwa kaki dan betis wanita adl aurat. Ucapan saya wabillahit taufiq adl sebagai berikut:Allah subhanahu wa ta’ala berfirman.. <b>وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ</b> .. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yg mereka sembunyikan. .Sisi pendalilan dari ayat ini adl bahwa wanita juga wajib menutup kaki sebab bila dikatakan tidak maka alangkah mudahnya seseorang menampakkan perhiasan kakinya yaitu gelang kaki sehingga tidak perlu ia memukulkan kaki utk itu. Akan tetapi hal itu tidak boleh dilakukan karena menampakkannya merupakan penyelisihan terhadap syariat dan penyelisihan yg semacam ini tidak mungkin terjadi di jaman risalah. Karena itu seseorang dari mereka melakukan tipu daya dgn cara memukulkan kakinya agar kaum pria mengetahui perhiasan yg disembunyikan. Maka Allah pun melarang mereka dari hal itu.Sebagai penguat dari penjelasan saya Ibnu Hazm berkata Ini adl nash yg menunjukkan bahwa kaki dan betis termasuk aurat yg mesti disembunyikan dan tidak halal menampakkannya. (20)Adapun penguat dari sunnah adl hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata<b>:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ {رواه البخاري و زاد غيره: فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ النِّسَاءُ بِذُيُوْلِهِنَّ؟} قَالَ: يُرْخِيْنَ شِبْرًا. قَالَتْ: إِذَنْ تَنْكَشِفُ أَقْدَامُهُنَّ. قَالَ: فَيُرْخِيْنَهُ ذِرَاعًا لاَ يَزِدْنَ عَلَيْهِ. وَفِي رِوَايَةٍ: رَخَّصَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم لأُِمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ شِبْرًا ثُمَّ اسْتَزَدْنَهُ فَزَادَهُنَّ شِبْرًا فَكُنَّ يُرْسِلْنَ إِلَيْنَا فَنَذْرَعُ لَهُنَّ ذِرَاعًا. {رواه الترمذي و أبو داود و ابن ماجه و هو صحيح انظر سلسلة الأحاديث الصحيحة رقم </b>460}Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda Siapa yg melabuhkan pakaiannya krn sombong Allah tidak akan memandangnya pada hari kiamat. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bertanya Apa yg harus diperbuat oleh wanita terhadap ujung pakaian mereka? Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab Turunkan sejengkal. Ummu Salamah berkata Bila demikian kakinya akan tersingkap. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda Turunkan sehasta jangan lbh dari itu. Dalam riwayat lain: Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan pada ummahatul mu`minin sejengkal dan mereka minta tambah maka Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkannya. {HSR. Tirmidzi Abu Dawud Ibnu Majah} .Faidah dari riwayat ini adl bahwa yg dibolehkan adl sekitar satu hasta yaitu dua jengkal bagi tangan ukuran sedang.Imam Al Baihaqi berkata Riwayat ini merupakan dalil tentang wajibnya menutup kedua punggung telapak kaki bagi wanita. (21)Ucapan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan dan pertanyaan Ummu Salamah: Apa yg harus diperbuat wanita terhadap ujung pakaiannya? setelah ia mendengar ancaman bagi orang yg melabuhkan pakaiannya semua ini mengandung sanggahan terhadap anggapan bahwa hadits-hadits yg mutlak mengenai ancaman bagi pelaku isbal itu ditaqyid oleh hadits lain yg tegas yaitu bagi yg melakukannya krn sombong.Anggapan ini terbantah krn sekiranya benar demikian maka pertanyaan Ummu Salamah yang meminta kejelasan hukum bagi wanita itu tidak ada maknanya. Akan tetapi Ummu Salamah memahami bahwa ancaman itu bersifat mutlak berlaku bagi orang yg sombong dan yg tidak. Karena pemahaman beliau yg demikian maka beliau menanyakan kejelasan hukumnya bagi wanita sebab wanita dituntut utk berlaku isbal guna menutup aurat yaitu kaki. Dengan demikian jelas bagi beliau bahwa ancaman itu tidak berlaku bagi wanita tetapi khusus bagi lelaki dan hanya dalam pengertian ini.’Iyadl rohimahullah telah menukil adanya ijma’ bahwa larangan itu hanya berlaku bagi kaum pria tidak bagi kaum wanita krn adanya taqrir Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam atas pemahaman Ummu Salamah. Larangan yg dimaksud adl larangan isbal.Walhasil bagi pria ada dua keadaan:1. Keadaan yg mustahab yaitu memendekkan sarung hingga pertengahan betis.2. Keadaan jawaz yaitu melebihkannya hingga di atas mata kaki.Adapun bagi wanita juga ada dua keadaan:1. Keadaan mustahab yaitu melebihkan sekitar satu jengkal dari keadaan jawaz bagi pria.2. Keadaan jawaz yaitu melebihkannya sekitar satu hasta.(22)Sunnah inilah yg dijalankan oleh wanita-wanita di jaman Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dan jaman-jaman selanjutnya.Dari sinilah kaum muslimin di masa-masa awal menetapkan syarat bagi ahli dzimmah harus tersingkap betis dan kakinya supaya tidak serupa dgn wanita-wanita muslimah. Hal ini sebagaimana diterangkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim.Termasuk pula orang-orang yg terjerumus dalam kesalahan ini yaitu memulai sholat sedang aurat tersingkap adl orang tua yg memakaikan anak mereka celana pendek dan menyertakannya sholat di masjid. Padahal Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaمُرُوْهُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعٍ Perintahkan mereka sholat ketika mereka berumur tujuh tahun. {HSR. Ibnu Khuzaimah Hakim Baihaqi dan yg lain}.Sedang tidak diragukan lagi bahwa perintah ini mencakup juga perintah menunaikan syarat- syarat dan rukun-rukunnya. Perhatikanlah jangan sampai anda termasuk orang-orang yg lalai.Demikianlah beberapa perkara yg harus kita perhatikan dalam hal pakaian dalam sholat berikut beberapa kesalahan yg terjadi. Namun masih ada beberapa hal yg berkaitan dgn syarat- syarat pakaian dalam sholat di antaranya tidak musbil tidak bergambar dan bukan pakaian yg dicelup merah.Wallahu a’lam.Diterjemahkan oleh Muhammad Rusli dgn sedikit tambahan—————————————-(1) Abu Awanah di dalam Shahihnya menerangkan sisi lain dari sebab ucapan Umar ini yaitu mengatakan di permulaannya Utbah bin Farqad pernah mengutus seorang budak utk membawa kiriman kepada Umar yg berisi berbagai macam makanan yg di atasnya terdapat permadani dari bulu. Ketika Umar melihatnya beliau berkata Apakah kaum muslimin kenyang dengan makanan ini di negeri mereka? Budak itu menjawab Tidak. Umar berkata Saya tidak suka ini. Lalu beliau menulis surat kepadanya..(2) Syaikh Abu Bakar Al Jaza`iri dalam kitabnya At Tadkhin memberi rincian sebagai berikut Di antara adat-adat rusak itu ialah memelihara anjing di dalam rumah <strong> wanita muslimah </strong> membuka wajah mereka kaum pria mencukur jenggot mengenakan celana pantalon ketat tanpa gamis atau sarung di atasnya membuka kepala beramah tamah dgn ahli fasik dan munafik tidak beramar ma’ruf nahi munkar dgn slogan ‘kebebasan berfikir’ dan ‘hak asasi manusia’. (3) Dari kaset rekaman beliau ketika menjawab pertanyaan Abu Ishaq Al Huwaini Al Mishri direkam di Urdun pada bulan Muharram tahun 1407 H lihat tulisan beliau: Syarat keempat dari syarat hijab <strong> wanita muslimah </strong> yaitu agar luas atau longgar dan tidak sempit yaitu dalam kitab Hijab Mar`atil Muslimah. Maka kesalahan yg disebut di atas terkena pada pria dan wanita Namun pada pria hal itu lbh tampak krn mayoritas kaum muslimin di jaman ini sholat menggunakan pantalon. Bahkan kebanyakan mereka sholat dgn pantalon yg sempit laa haula walaa quwwata illa billah. Padahal Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang sholat dgn mengenakan celana panjang tanpa ditutupi jubah sebagaimana dalam riwayat Abu Dawud dan Hakim dgn sanad hasan. Hal ini diterangkan dalam Shahih Jami’ush Shoghir 6830.(4) Dengan ini pula Lajnah Ad Daimah menjawab pertanyaan seputar hukum sholat dgn celana pantalon pada Idaratul Buhuts no 2003 sebagai berikut Bila pakaian tersebut longgar hingga tidak menggambarkan aurat dan tebal hingga tidak transparan maka boleh sholat dengannya. Adapun bila transparan tampak semua yg ada di baliknya maka batal sholat dengannya. Sedang bila pakaian tersebut hanya sekedar membentuk aurat maka makruh sholat dengannya kecuali bila tidak ada yg lain.. Wabillahit taufiq.(5) Fatawa Rasyid Ridha 5/2056(6) Riwayat Thohawi dalam Syarah Ma’anil Atsar(7) Fathul Bari 1/476 Majmu’ 3/181 Nailul Author 2/78 84(8) As Sa’aty dalam Fathul Rabbani 18/236 berkata Gamis adl pakaian berjahit mempunyai dua lengan dan saku yaitu yg hari ini dikenal dgn jalabiyah merupakan pakaian yg lebar menutup seluruh badan dari leher ke mata kaki atau ke pertengahan betis. Dahulu pakaian ini digunakan sebagai pakaian dalam. (9) Al Umm 1/78(10) Al Umm 1/78(11) Tanwirul Hawalik 3/103(12) Riwayat Ibnu Sa’ad dalam At Thobaqotul Kubra 8/184 dgn sanad shahih.(13) Ad Dinul Kholish 6/180(14) Tanbihat Hammah ‘ala malabisil muslimin al-yaum hal. 28(15) Majalah Al Mujtama’ no. 855(16) Bidayatul Mujtahid 1/115 Al Mughni 1/603 Al Majmu’ 3/171 dan I’anatut Tholibin 1/285.<br />
Maksudnya menutup badan dan kepalanya. Jika pakaiannya lapang sehingga dgn sisanya ia menutup kepala maka hal ini boleh. Disebutkan oleh Bukhari dalam Shahihnya 1/483 secara mu’allaq dari Ikrima ia berkata Sekiranya seluruh tubuh sudah tertutup dgn satu pakaian niscaya hal itu sudah mencukupi. (17) Masail Ibrohim bin Hanif lil Imam Ahmad no. 286(18) Al Umm 1/77(19) Hijab Al Mar`ah Al Muslimah hal. 61.(20) Al Muhalla 3/216(21) Tirmidzi berkata dalam Al Jami’ 4/224 Kandungan hadits ini yaitu adanya rukhshoh bagi wanita utk melabuhkan kain sarung krn hal itu lbh sempurna dalam menutup. (22) Fathul Bari 10/259<br />
sumber : file chm Darus Salaf 2semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-42286211089594671342012-02-12T23:31:00.000-08:002012-02-12T23:31:27.583-08:00belief in allah<strong>Belief in Allah comprises four aspects: </strong><br />
The First Aspect: The belief in Allah’s existence. This is established by:<br />
<ol><li>Al-Fitrah (the natural pure inclination towards <span class="IL_AD" id="IL_AD6">the truth</span>)</li>
<li>Al-Aql (reason and analysis) </li>
<li> Ash-Sharee’ah (<span class="IL_AD" id="IL_AD9">revelation</span> and scripture) </li>
<li> Al-Hiss (<span class="IL_AD" id="IL_AD8">physical</span> senses).</li>
</ol><strong>The proof of al-Fitrah </strong>concerning Allah’s existence is that every created being innately believes in his or her Creator without any preceding <span class="IL_AD" id="IL_AD11">instruction</span> dogma or thought. No one deviates from this natural and innate belief except due to external corrupt influences which make his or her heart swerve and depart from belief as <span class="IL_AD" id="IL_AD5">the Prophet</span> said: <br />
<em>Each <span class="IL_AD" id="IL_AD2">child</span> is born <span class="IL_AD" id="IL_AD1">in a state</span> of Fitrah but his parents make him into a Jew or Christian or Magian (Zoroastrian).</em> (Reported by al-Bukhari) <br />
<strong>The proof of al-Aql</strong> (reason and analysis) concerning Allah’s existence is that the things that we find in past and present existence must have had a Creator and Originator since they could not have created themselves and they could not have come into existence by mere chance accident or coincidence. The reason they could not have created themselves is that before their existence <span class="IL_AD" id="IL_AD7">they were</span> nothing; so how can nothing create itself i.e. <span class="IL_AD" id="IL_AD10">something</span> essentially deficient and impotent? They couldn’t have been created by mere chance accident or coincidence because every new event must have its prior causes that made it occur. We also see this creation with its <span class="IL_AD" id="IL_AD12">amazing</span> and magnificent organization harmony and cohesion and with the interrelations between the causes and effects. All this makes it completely unbelievable that it came into being by mere chance accident or coincidence. How can something that came into existence by mere accident or coincidence become organized and coherent in the process of further development?<br />
If all this creation could not have created itself nor been created by chance then it must have a Creator and Originator: this is Allah the Lord and Sustainer of the Universe. Allah the Most Exalted has mentioned this proof by reason and analysis in the Qur’an in Surah at-Toor The Mountain when He said: <em>Were they (humans) created by nothing or were they creators themselves?</em> [Surah at-Toor (52):35]<br />
This verse indicates that since men were not created without a Creator nor did they create themselves it must be that they have a Creator who is Allah the most Blessed and Exalted. For this reason when Jubair ibn Mut’im () heard the Messenger () recite this Surah (at-Toor) from the Qur’an when he reached the passage: <br />
<em>Were they created by nothing or were they creators themselves? Or did they create the heavens and the earth? Nay but they have no firm belief. Or are the Treasures of your Lord with them? Or are they the tyrants with authority to do as they like? </em>[Surah at-Toor (52):35-37] <br />
…he said while still a polytheist at that time:<br />
My heart almost flew out of me (from the common sense of the verse). <br />
And in another version of the narration he said: <br />
<em>This was the first time that Īman entered my heart.</em> (Reported by al-Bukhari) <br />
A practical example clarifies this line of argument. If someone tells you about a huge palace surrounded by beautiful gardens with rivers flowing in them furnished completely with all the basic necessities and with the best beds and cushions and decorated with all kinds of luxuries. Then after all this he says to you “This palace with all its beauty has come into existence by itself or it came into existence by mere chance and coincidence without any builder or contractor” immediately you would reject his statement as preposterous nonsense and you would consider his line of argument as most ridiculous. Therefore can anyone with reason say that it is possible that this universe with all its awe inspiring expanses of galaxies and amazing order could have brought itself into existence or that it could have come into existence without an Originator or Creator?<br />
<strong>The proof of ash-Sharee’ah</strong> (revelation and scripture) concerning Allah’s existence is that all of the divinely revealed Scriptures confirm His existence. The laws and <span class="IL_AD" id="IL_AD4">instructions</span> that Allah revealed in these scriptures which address the needs and affairs of His creation are evidence that they came from an Omniscient and Sublime Sovereign Lord who knows everything that is best for His creatures. The fact that our observations agree to the information about natural laws contained within them is an evidence that they are from a Lord Sovereign Supreme who is able to bring into being what he informed.<br />
<strong>The proofs of al-Hiss</strong> (physical sense) concerning Allah’s existence are from two directions. The first is that we witness and see that Allah answers those who supplicate to Him and call out to Him in distress. This proves decisively that Allah exists. Allah said: <br />
And (remember) Nooh when he cried (to us) aforetime; We listened to his supplication. [Surah al-Anbiyaa’ (21):76] <br />
And Allah said: <br />
<em>(Remember) when you sought help from your Lord and He answered you.</em> [Surah al-Anfaal (8):9] <br />
In an authentic hadeeth reported by al-Bukhari it is reported that Anas bin Malik may Allah be pleased with him said: <br />
While the Prophet () was delivering the sermon on a Friday a Bedouin stood up and said “O Allah’s Messenger! Our possessions are being destroyed and the children are hungry; please supplicate to Allah (for rain).” So the Prophet () raised his hands (and supplicated to Allah for rain). At that time there was no trace of any cloud in the sky. But by Him in Whose Hands is my soul clouds gathered like mountains and before he got down from the pulpit I saw the rain falling on his (the Prophet’s) beard. (It rained all week long.) That Bedouin or another man stood up on the next Friday (during the sermon) and said “O Allah’s Messenger! Houses have collapsed and our possessions and livestock have drowned; please supplicate to Allah for us (to stop the rain). So the Prophet () raised his both hands and said “O Allah! Around us and not on us.” So in whatever direction he pointed his hands the clouds dissipated and cleared away. <br />
We continue to see the evidence of people’s prayers and supplications being answered - for those who are truly sincere and truthful in their prayers and fulfill the conditions for acceptance. <br />
The <span class="IL_AD" id="IL_AD3">second</span> proof concerning sense perception is that the prophets of Allah brought various miracles that many people either witnessed directly or heard about (from reliable sources). These miracles constitute positive and irrefutable proofs about the existence of the one who sent them - Allah the Most Exalted - since they are actions (and miracles) outside the ability of humans that Allah commands to happen through His prophets to help them and at the same time give them success in their mission <br />
An example of one of these miracles is the sign that Allah gave to Musaa (). Allah ordered him to strike the sea with his stick and the sea parted into twelve dry sections with a mass of water like a mountain on the side of each section. Allah the Most Exalted says in the Qur’an:<br />
Then We inspired Musaa (saying): “Strike the sea with your stick.” And it parted and each separated part (of the sea water) became like a huge firm mass of a mountain. [Surah al-Anbiyaa’ (26):63] <br />
A second example is from the miracles of ‘Eesaa () who was given the power by Allah to resurrect the dead in their graves back to life. Allah the Most Exalted informs us in the Qur’an that he (‘Eesaa) said: <br />
…and I bring the dead to life by Allah’s leave. [Surah Aali ‘Imraan (3):49]<br />
And also the verse: <br />
And when you (O ‘Eesaa) brought forth the dead by My Permission. [Surah al-Maa’idah (5):110] <br />
A third example is from the miracles of Muhammad (). The tribe of Quraish asked him to show them a miracle as a proof of his prophethood so the Prophet () pointed to the moon and it split into two pieces which people saw in amazement. Allah the Most Exalted said about this incident:<br />
The Hour has drawn near and the moon has been cleft and they see a sign yet they turn away and say: “<strong>This is but continuous sorcery.”</strong> [Surah al-Qamar (54):1-2]<br />
The Second Aspect: is the belief in Allah’s “Rububiyyah” (Lordship) that He is the “Rubb” without partner peer or helper. The “Rubb” is the one who creates owns and commands the universe. There is no Creator and Sustainer except Him. There is no supreme King and Sovereign except Him. There is no ultimate Commander and Legislator except Him. Allah the Most Exalted said: <br />
Surely to Him is the Creation and Commandment. [Surah al-A’raaf (7):54]<br />
And Allah said <br />
Such is Allah your Lord; His is the Kingdom. And those whom you invoke or call upon instead of Him do not own even the little membrane stretched over the date-stone. [Surah al-Faatir (35):13]. <br />
In history we find that only a very few people have disbelieved in Allah’s Lordship The ones who denied openly what they really believed deep in their hearts were the arrogant and insolent people such as by way of an example the Pharaoh when he said to his people as mentioned in the Qur’an: <br />
I am your lord most high. [Surah an-Naazi‘aat (79):24] <br />
And when he said: <br />
O chiefs! I do not know that you have a god other than me! [Surah al-Qasas (28):38]<br />
We know that what he said was not his true belief because Allah said <br />
And they denied them wrongfully and arrogantly even though they were convinced (of the truth) in their own selves. [Surah an-Naml (27):14]. <br />
Musaa () said to Pharaoh as related by Allah: <br />
Verily you know that these Signs have been sent down by none but the Lord of the heavens and the earth as clear (evidences). And I think you are indeed O Pharaoh doomed to destruction. [Surah al-Israa (17):102]. <br />
The Arab <strong>disbelievers</strong> and polytheists used to confirm Allah’s Lordship even though they associated others with Him in worship. Allah the Most Exalted said: <br />
Say: “Whose is the earth and whosoever is therein? If you know!” They will say: “It is Allah’s!” Say: “Will you not then remember?” Say: “Who is the Lord of the seven heavens and the Lord of the Great Throne?” They will say: “Allah!” Say: “Will you not then fear Allah?” Say: “In Whose Hands is the sovereignty of everything? And He protects everything while against Him there is no protector if you know?” They will say: “(All this belongs) to Allah.” Say: “How then are you deceived and turn away from the truth)?” [Surah al-Mu’minoon (23):84-89]<br />
And also Allah said: <br />
If you ask them: “Who has created the heavens and the earth?” They will surely say: “The All-Mighty the All-Knower created them.” [Surah az-Zukhruf (43):9] <br />
In another verse Allah says: <br />
And if you ask them who created them they will surely say: “Allah.” How then are they turned away (from His worship)? [Surah az-Zukhruf (43):87]. <br />
The command of Allah encompasses two kinds of commands: those related to universal natural affairs of the created universe and those related to legal affairs of religious law and revealed scriptures. He commands and decrees as He wills in accordance to His Omniscient Wisdom. He is the Ruler who gives the Commandment to legislate and establish the laws pertaining to all aspects of worship and human dealings according to His Wisdom. Anybody who believes that someone else besides Allah has the right to legislate and establish laws pertaining to the aspects of worship and to be the Ruler and Judge of human dealings commits “Shirk”1 with Allah and he has not realized “Īman” (faith).<br />
The Third Aspect: The belief in Allah’s “Uluhiyyah” meaning that He alone is God He alone has “Divinity” and “Godhead” making only Him worthy of worship. <br />
The meaning of the word “ilaah”2 means that which is worshipped [in truth or falsehood rightly or wrongly] with ultimate love and supreme glorification Allah the Most Exalted said: <br />
And your ilaah is the one ilaah there is no true God worthy of worship but He the Most Beneficent (whose Mercy encompasses everything) the Most Merciful. [Surah al-Baqarah (2):163]<br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
Allah bears witness that none has right to be worshipped but He and the angels and those having knowledge (also give this witness); (this fact is) established on justice. None has the right to be worshipped but He the All-Mighty the All-Wise. [Surah Aali ‘Imraan (3):18]<br />
All other gods besides Allah are false gods and giving to anyone besides Allah the trait of “divinity” “<strong>Godhead</strong>” and worthiness to be worshipped is false and void. Allah the Most Exalted said: <br />
That is because Allah is the Truth (the Only True and Real God) and what they (the disbelievers) invoke besides Him is falsehood. And verily Allah is the Most High the Most Great. [Surah al-Hajj (22):62]. <br />
Calling them gods does not entitle them to the right of “Uluhiyyah.” Allah said the following in description about the pagan Arab deities “al-Laat” “al-’Uzzaa” and “Manaat”: <br />
They are but names which you have named you and your fathers for which Allah has sent down no authority. [Surah an-Najm (53):23] <br />
Allah related what Joseph said to his two companions in jail (about these false deities): <br />
O my two companions! Are many different lords better or Allah the One the Irresistible? You worship besides Him not except [mere] names you have named them you and your fathers for which Allah has sent down no authority. [Surah Yusuf (12):39-40] <br />
For this reason the Messengers may Allah’s peace and blessings be upon them would say to their respective communities: <br />
Worship Allah! You have no other God but Him. [Surah al-Mu’minoon (23):23] <br />
But the idolaters and polytheists refused to obey this message and took false gods as their objects of worship seeking refuge aid and victory from them. But Allah has proven that their worship is false invalid and void by two wise lines of argument: <br />
The first line of argument: These idols and false gods that the disbelievers take for worship do not have any attributes that qualify them to be gods: they are created matter and do not create; they cannot bring any benefit for those who worship them nor can they fend off any harm; they cannot give life or death; they do not own anything in the kingdom of the heavens and earth nor do they have the least partnership in its dominion. In this context Allah the Most Exalted said: <br />
They have taken besides Him other gods that created nothing but are themselves created who posses neither hurt nor benefit to themselves nor possess any power (of causing) death nor (of giving) life nor of raising the dead. [Surah al-Furqaan (25):3] <br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
Say (O Muhammad): “Call upon those whom you claim (to be gods) besides Allah: they do not possess even the weight of small ant neither in heavens nor on the earth they do not share in anything; Allah has not taken any one from among them as a supporter; and intercession with Him (Allah) is of no avail except for whom He permits.” [Surah Saba’ (34):22-23]<br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
Do they attribute as partners to Allah those who created nothing but they themselves are created? Neither they can help them nor can they help themselves. [Surah al-A’raaf (7):191-192]<br />
Since these are the traits of these feeble false “gods” to take them as objects of worship is the most foolish act and is most demeaning to the dignity of man. <br />
The second line of argument is as follows: These polytheists would acknowledge that Allah Alone is the “Rubb” the Creator in Whose Hand is the Sovereignty of everything Who protects everything and against Whom there is no protector. This acknowledgement necessitates that they should also acknowledge that Allah is the only God worthy of worship with true Uluhiyyah.<br />
Allah the Most Exalted said: <br />
O Mankind! Worship your Lord (Allah) Who created you and those who were before you so that you may become among the pious. He has made the earth a resting place for you and the sky as a canopy and sent down rain from the sky and brought forth therewith fruits as a provision for you. So do not set up rivals unto Allah (in worship) while you know (that He Alone has the right to be worshipped). [Surah al-Baqarah (2):21-22] <br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
And if you ask them who created them they will surely say: “Allah.” Then how do they fabricate lies (about Him)? [Surah az-Zukhruf (43):87] <br />
And Allah the Most Exalted said: <br />
Say (O Muhammad): “Who provides for you from the sky and from the earth? Or who owns (your) hearing and sight? And who brings out the living from the dead and brings out the dead from the living? And who disposes of the affairs?” They will say: “<strong>Allah</strong>.” Say: “Will you not then be afraid of Allah’s punishment?” Such is Allah your Lord in truth. So after the Truth what else can there be save falsehood and error? How then are you turned away? [Surah Yunus (10):31-32] <br />
The Fourth Aspect: The belief in Allah’s “Asmaa was Sifaat” (Names and Attributes). This is to affirm the names and attributes that Allah affirmed and described about Himself in His Book and in the Sunnah of His Messenger in accordance to what best befits His Majesty and Exaltedness without <strong>Tahreef</strong> <strong>Ta’teel</strong> <em>Takyeef</em> or <em>Tamtheel</em>.<br />
Allah the Most Exalted said: <br />
And the Most Beautiful Names belong to Allah therefore call Him by them and leave the company of those who deny falsify (or say blasphemies against) His Names. They will be rewarded for what they used to do. [Surah al-A’raaf (7):180] <br />
And He said: <br />
His is the highest description in the heavens and in the earth. And He is the All-Mighty the All-Wise. [Surah ar-Room (30):27] <br />
And He said: <br />
There is nothing like unto Him and He is the All-Hearer the All Seer. [Surah ash-Shooraa (42):11]. <br />
Two groups of people have gone astray regarding this matter:<br />
The first group is the “al-Mu’attilah” who negated all or some of Allah’s names and attributes claiming that affirming them necessitated “Tashbeeh” (see previous footnote). This claim is false in many respects including the fact that firstly it necessitates ascribing contradictions to the words of Allah - may He be glorified exalted and purified from any imperfection. Allah Himself has affirmed these names and attributes to Himself and He also negated any likeness between Himself and anything in the universe. Thus this affirmation cannot contain any “Tashbeeh” since this would imply that there are contradictions in the speech of Allah and that some parts belie the others.<br />
It is also false because it is not necessary that the nominal agreement between two things obligate complete likeness and similarity between them. You see that two humans have the traits of hearing sight and speech but in no way does this necessitate an exact similarity in these characteristics of humanity: hearing sight and speech. Similarly you see that animals have hands legs and eyes but the nominal agreement of having a hand leg and eye does not necessitate that their hands legs and eyes are like each other. If this distinction in the nominal agreement in names and attributes is clearly recognized among the created things then the distinction between the Creator and the created things is even greater and more evident.<br />
The second group is called the “Mushabbihah” who affirm Allah’s names and attributes but make “<strong>Tashbeeh</strong>” (anthropomorphism) between Allah and His creation claiming that this is the meaning of the texts since Allah only speaks to mankind according to their limited understanding. This is a ridiculously false claim for many reasons including the following: <br />
First: Allah cannot be like His creation because this is negated by the revealed scriptures as well as sound reasoning and it is impossible that the Qur’anic text and Sunnah would propagate falsehood.<br />
Second: Allah addressed mankind according to their understanding of the basic lingual meanings of His names and attributes but this does not mean that the knowledge of the real essence and ultimate true nature of these meanings can be fathomed and comprehended by man regarding His “Dhaat” (essence) and “Sifaat” (attributes). This knowledge is something that exclusively belongs to Allah Alone. If Allah affirms that He is All-Hearer we know the quality of hearing from the lingual understanding of the basic meaning - that is hearing is the sensual comprehension of sounds and voices. <br />
However the essence of this meaning with respect to the Hearing of Allah cannot be fathomed and remains unknown to us because the essence of hearing varies among the created beings and animals so certainly the difference between the hearing of the created and the hearing of the Creator is more and greater.<br />
Allah confirmed that He did “istawaa” on His throne. The general meaning of the word istiwaa is known7 but nevertheless the real meaning and ultimate true nature of Allah’s istawaa on His Majestic Throne is unknown. Istiwaa varies with regards to different actions and creatures. To settle in a chair is different than mounting a wild camel. If istawaa has various meanings among us creatures then how can the istawaa of Allah be compared to the istawaa of His creation? Indeed any reasonable person can understand that there is a huge difference between the two forms of istawaa.<br />
Believing in Allah in the way we have described above leads to many benefits for the believers: first the full realization of Tawheed (Islamic monotheism) by not depending upon fearing hoping for or worshipping anyone else besides Allah; second the fulfillment of complete love reverence and glorification of Allah according to the meanings of these beautiful names and exalted attributes; and third worshipping Allah as He has prescribed with avoidance of what He has <strong>commanded</strong> to be avoided.<br />
<em>By the Late Eminent Scholar Sheikh Muhammad ibn Salih Al-Uthaymeen Translation by Abu Salman Diya ud-Deen Eberle</em>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-66403879831751322122012-02-12T23:25:00.000-08:002012-02-12T23:25:00.224-08:00sabda rasululloh SAW tentang anak yatim1. Aku dan pengasuh <strong> anak yatim </strong> di surga seperti dua jari ini.<br />
<i>Penjelasan</i>: {Rasulullah Saw. menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya}. <br />
2. Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yg terdapat di dalamnya <strong> anak yatim </strong> yg diperlakukan dgn baik dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yg di dalamnya terdapat <strong> anak yatim </strong> tapi anak itu diperlakukan dgn buruk.<br />
3. Aku dan seorang wanita yg pipinya kempot dan wajahnya pucat bersama-sama pada hari kiamat seperti ini .<br />
Wanita itu ditinggal wafat suaminya dan tidak mau kawin lagi. Dia seorang yg berkedudukan terhormat dan cantik namun dia mengurung dirinya utk menekuni asuhan anak-anaknya yg yatim sampai mereka kawin {berkeluarga dan berumah tangga} atau mereka wafat.<br />
4. Harta-benda <strong> anak yatim </strong> tidak terkena zakat sampai dia baligh. {HR. Abu Ya’la dan Abu Hanifah} <br />
5. Tidak disebut lagi <strong> anak yatim </strong> bila sudah baligh.<br />
6. Demi yg mengutus aku dgn hak Allah tidak akan menyiksa orang yg mengasihi dan menyayangi <strong> anak yatim </strong> berbicara kepadanya dgn lembut dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya dan tidak bersikap angkuh dgn apa yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yg mengutus aku dengan hak Allah tidak akan menerima sedekah seorang yg mempunyai kerabat keluarga yg <span class="IL_AD" id="IL_AD4">membutuhkan</span> santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yg jiwaku dalam genggamanNya ketahuilah Allah tidak akan memandangnya kelak pada hari kiamat.<br />
7. Barangsiapa menjadi wali atas harta <strong> anak yatim </strong> hendaklah diperkembangkan dan jangan dibiarkan harta itu susut krn dimakan sodaqoh .<br />
Sumber: 1100 Hadits Terpilih - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press<br />
sumber : file chm hadistwebsemua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-51246382862021673912012-02-12T23:23:00.002-08:002012-02-12T23:23:55.189-08:00sabda rasululloh SAW tentang kuburan1. Tiada aku melihat sesuatu kecuali kuburan lbh buruk daripadanya. {HR.<br />
Tirmidzi dan Ibnu Majah}<br />
2. Jangan kamu shalat menghadap kuburan dan jangan shalat di atas kuburan.<br />
3. Rasulullah Saw melarang mengapur kuburan duduk-duduk di atas kuburan dan membina kuburan tapi berupa unggukan tanah saja setinggi satu jengkal.<br />
4. Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani krn menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat beribadah.<br />
Sumber: 1100 Hadits Terpilih - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press<br />
sumber : file chm hadistwebsemua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-2518684033894404072012-02-12T23:23:00.000-08:002012-02-12T23:23:03.855-08:00haramkah menghias mesjid?“<b>Menghias Masjid, Haramkah?</b>” ketegori <span class="IL_AD" id="IL_AD5">Muslim</span>. Ust. ketika saya berceramah di suatu masjid, seorang ibu bertanya kepada saya, apakah memang tidak dibolehkan untuk memasang kaligrafi di masjid? Ibu ini <span class="IL_AD" id="IL_AD4">bilang</span> ia mendengar dari khutbah Jumat, mubalighnya bilang memasang kaligrafi di masjid tidak dibolehkan. Sehingga di masjid <span class="IL_AD" id="IL_AD8">tempat</span> saya menjadi pembicara itu pun tidak ada kaligrafinya. Apa emang ada nash yang melarang, ustadz? Terima kasih.<br />
Nurlinawati<br />
Jawaban<br />
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,<br />
Masalah menghias masjid memang diperselisihkan para ulama di masa lalu. Namun perselisihan mereka berangkat dari kenyataan bahwa hiasan itu sangat mahal, karena terbuat dari ukiran kaligrasi dan aksesorisnya yang terbuat dari emas dan <span class="IL_AD" id="IL_AD9">perak</span>. Hiasan seperti itu tentu sangat mahal harganya, bahkan untuk ukuran seorang penguasa sekalipun.<br />
Adapun hiasan yang biasa kita lihat di masjid-masjid di sekeliling kita ini, tidak lain hanya terbuat dari cat tembok. Indah memang, tetapi hanya imitasi belaka. Bukan emas dan perak seperti di masa lalu. Kalau hanya berupa kaligrafi dengan cat tembok, rasanya tidak ada nash yang secara langsung melarangnya. Sebaliknya, bila hiasan itu sampai menghabiskan dana yang teramat mahal, karena harus menghabiskan emas berton-ton, banyak para ulama di masa lalu yang memakruhkannya, bahkan sampai mengharamkannya.<br />
Apalagi mengingat bahwa masjid nabawi di masa Rasulullah SAW itu sangat sederhana. Hanya sebagiannya yang beratap, itupun hanya berupa daun kurma. Alasnyabukan marmer, tetapi tanah atau pasir. Tiangnya bukan beton tetapi hanya batang-batang kurma. Dan hal itu terjadi hingga masa Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun. Barulah pada masa khilafah Al-Walid bin Abdil Malik, masjid-masijd dihias dengan berlebihan, yaitu dengan ukiran kaligrafi dari emas dan perak.<br />
Realitas ini kemudian disimpulkan oleh sebagian ulama sebagai isyarat tidak bolehnya kita menghias masjid dengan hiasan yang mewah. Bahkan oleh sebagiannya dianggap bid’ah, buang harta dan haram. Namun masalah ini memang sejak awal termasuk masalah khilaf pada fuqaha. Bahkan ke-empat imam mazhab utama pun tidak seragam pendapatnya.<br />
1. Al-Hanafiyah<br />
Al-Hanafiyah beranggapan bahwa tidak mengapa untuk menghias masjid dengan beragam ukiran dan kaligrafi. Asalkan bukan pada bagian mihrabnya. Alasannya, agar orang yang shalat tidak terganggu konsentrasinya. Yang dimaksud ukiran di masjid adalah membuat hiasan dengan tatahan emas atau perak.<br />
Namun bila dana yang digunakan untuk hiasan itu berasal dari harta waqaf secara umum yang niatnya untuk masjid, menurut beliau hukumnya haram. Jadi yang boleh adalah harta dari seseorang yang niatnya memang untuk keperluan perhiasan itu.<br />
2. Al-Malikiyah<br />
Al-Malikiyah memakruhkan penghiasan dinding masjid, termasuk atapnya, kayunya dan hijabnya, bila hiasan itu terbuat dari emas atau perak dan bila sampai mengganngu konsentrasi para jamah yang shalat. Namun bila hiasan itu di luar apa yang disebutkan, tidak ada kemakruhannya.<br />
3. As-Syafi’iyah <br />
Mazhab As-Syafi’iyah sebagaimana yang disebutkan oleh Az-Zarkasyi mengemukakan bahwa mengukir masjid itu hukumnya makruh, terutama bila menggunakan harta waqaf yang diperuntukkan buat masjid secara umum. Sebab harta waqaf buat mereka tidak boleh diubah pemanfaatannya begitu saja.<br />
4. Al-HanabilahAl-Hanabilah adalah satu-satunya mazhab yang tegas mengharamkan penghiasan masjid. Buat mereka, bila masjid sudah terlanjur dihias dengan emas dan perak, wajib untuk dicopot.<br />
Pendapat mereka ini dikuatkan juga dengan hadits berikut:<br />
لا تقوم الساعة حتى يَتَباهَى الناس في المساجد<br />
Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali orang-orang berbangga-bangga dengan masjid.<br />
Para ulama banyak yang memaknai sabda Rasulullah SAW tentang berbangga-bangga dengan masjid ini sebagai bentuk penghiasan masjid dengan ukiran/kaligrafi emas dan perak pada dindingnya. Dan oleh sebagian ulama dijadikan sebagai isyarat tidak bolehnya kita menghias masjid dengan hiasan yang mewah.<br />
Jadi barangkali para takmir di masjid tempat Anda ceramah itu cenderung kepada pendapat mazhab Hanabilah yang secara tegas mengharamkan penghiasan masjid. Meskipun sesungguhnya konteks di masa lalu adalah hiasan yang terbuat dari emas dan perak.<br />
Sedangkan yang bukan terbuat dari emas dan perak, kelihatannya tidak terlalu menjadi masalah, apalagi bila kita perhatikan masjid Al-Haram Makkah dan <span class="IL_AD" id="IL_AD11">Madinah</span>, di mana keduanya dihias dengan marmer yang pasti harganya sangat mahal. Demikian juga Ka’bah al-Musyarrafah yang dihias dengan kalirafi indah terbuat dari benang emas dan kain sutera. Sementara umumnya mufti dan penduduk Saudi Arabia adalah pemeluk mazhab Al-Hanabilah. Belum pasti, apakah mereka diam saja karena takut atau setuju.<br />
Tapi sekali lagi, masalah ini memang merupakan perbedaan pendapat di kalangan para ulama, baik di masa lalu maupun masa sekarang ini. Kita tidak perlu terperosok pada perdebatan panjang masalah ini, karena masing-masing punya dalil yang mereka yakini kebenarannya.<br />
Wallahu a’lam bish-shawabAssalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,<br />
<span class="IL_AD" id="IL_AD12">Ahmad</span> Sarwat, Lc.<br />
Sumber <b>Menghias Masjid, Haramkah?</b> : http://assunnah.or.idsemua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-74559873073746749472012-01-22T01:21:00.001-08:002012-01-22T01:21:33.271-08:00minoritas muslim dan konflik di thailand selatantertentu yang memiliki kepentingan. Di antara mereka adalah aparat pemerintah.
<br />
<div style="text-align: justify;">
Berlanjutnya kerusuhan akan mendapatkan
budget lebih besar bagi rehabilitasi dan pembangunan lainnya.
Separatisme, Etnis atau Agama? Bagi masyarakat Indonesia, konflik di
Thailand Selatan sangat kental dengan nilai-nilai agama. Mereka melihat
konflik ini adalah pertarungan antara Muslim Melayu dan Buddis Thai.
Kata ‘Muslim’ dan ‘Buddhis’ mengarahkan pada kuatnya pengaruh agama
dalam masing-masing masyarakat. Apabila dilihat lebih dekat, identitas
Muslim Melayu di Selatan memang sangat kuat. Masyarakat khususnya di
tiga provinsi: Pattani, Yala, dan Narathiwat identitas keislaman dan
kemelayuan tidak bisa dipisahkan. Masyarakat lebih welcome dengan orang
Melayu daripada dengan etnis lain, terutama Thai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan bahasa Melayu menurut
statistik nasional Thailand juga sangat kuat di tiga provinsi ini, di
atas 70 %, dibandingkan dengan provinsi lain di Selatan: Satun dan
Songkhla. Tetapi bahasa Melayu ‘dilarang’ digunakan sebagai bahasa resmi
di perkantoran, lembaga pendidikan pemerintah, dan tempat atau acara
resmi lainnya. Larangan ini tidak menyurutkan masyarakat untuk
menggunakan ba hasa Melayu, karena bahasa ini memberi spirit identitas
mereka, yang berbeda dengan mayoritas warga Thailand, yang berbahasa
Thai dan Buddha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam tiga tahun terakhir, lebih dari
2000 orang meninggal berkaitan dengan konflik di Thailand Selatan.
Korban lebih banyak ditembak dan dibom oleh kelompok yang tidak dikenal,
juga oleh pendekatan militer dan polisi terhadap Muslim. Pada April
2004, 30 pemuda Muslim ditembak oleh tentara di Masjid Kru Se. Masjid
ini sangat bersejarah karena didirikan pada abad 15, masjid tertua di
Thailand. Satu periode dengan masa kejayaan Islam pada Khalifah
Abbasiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa kedua adalah pada Oktober
2004, sekitar 175 Muslim Takbai meninggal di perjalanan, setelah mereka
demonstrasi kepada pemerintah dan dimasukkan dalam truk dalam kondisi
terikat tangan di belakang. Dua peristiwa ini sangat membekas di hati
Muslim, dan banyak pemuda dan masyarakat Muslim semakin menggiatkan
penyerangan terhadap berbagai organ pemerintah maupun masyarakat Buddha.
Reaksi Muslim selatan ini direspon negatif oleh pemerintah, dengan
tetap memberlakukan darurat militer di kelima provinsi ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa Takbai yang menewaskan Muslim
sekitar 200 orang menimbulkan reaksi paling keras dari milisi Muslim,
yang kemudian membalas dengan penembakan dan pemboman misterius yang
menargetkan korban tentara, polisi, pegawai pemerintah Thai, etnis China
dan pendeta Buddha. Hampir setiap bulan sejak peristiwa 2004, terjadi
korban dipihak tentara atau Buddha. Kerusuhan ini sempat menjadi
perhatian Amerika Serikat yang menawarkan bantuan keamanan untuk
mengatasi ‘gerilyawan’ dari Selatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Upaya rekonsiliasi telah dilakukan oleh
pemerintah pusat dalam lima tahun terakhir, dengan terbentuknya Komisi
Rekonsiliasi Nasional yang mengantarkan dan memediasi perdamaian di
Selatan. Kuatnya peran tentara di Thailand, membuat banyak rekomendasi
komisi tidak bisa dijalankan. Pendidikan, pekerjaan dan fasilitas
pemerintah lainnya tetap saja tidak leluasa dinikmati bagi Muslim
Melayu. Persyaratan pemakaian ketat bahasa nasional Thai dan sikap yang
mencerminkan nasionalisme –pro kebijakan pusat – menjadi penghambat
rekonsiliasi yang telah dilakukan baik oleh lembaga swadaya masyarakat,
perguruan tinggi, dan komisi rekonsiliasi. Kehadiran masyarakat
internasional, antara lain Nahdlatul Ulama yang menjembatani ulama di
Thailand Selatan dan pemerintah- kerajaan Thailand akan banyak
membuahkan hasil jika pemerintah pusat mengakomodasi gagasan dan harapan
Muslim Melayu di Selatan, yaitu penggunaan tradisi Muslim Melayu lebih
terbuka, dan pengakuan pemerintah pusat atas tradisi ini, khususnya di
Pattani, Yala, dan Narathiwat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dapat disimpulkan, tumbuhnya sikap anti
pemerintah pusat yang dilakukan oleh Muslim di Selatan Thailand
diakibatkan banyak hal. Kesenjangan ekonomi menjadi kunci atas terus
berlangsungya gerakan ‘separatisme’ atau dalam istilah David Brown
sebagai ‘separatisme etnis’ atas dominasi kolonialisme internal
Thailand. Kesenjangan ini telah berlangsung puluhan tahun. Akibatnya,
masyarakat Muslim yang mendapat tekanan politis dan keamanan dari
pemerintah tidak bisa berbuat banyak. Sebagian dari mereka secara
diam-diam mendukung gerakan anti-pemerintah. Bahkan beberapa di antara
mereka aktif terlibat dalam aksi kekerasan.</div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-7760612945352251552012-01-22T01:20:00.001-08:002012-01-22T01:20:22.465-08:00perkembangan islam di thailand selatan<h4 style="text-align: justify;">
<strong>Perkembangan Islam di Thailand Selatan</strong></h4>
<div style="text-align: justify;">
Melayu Pattani atau yang acapkali
disebut Pattani, merupakan satu dari sekian banyak kelompok etnik Melayu
di Asia Tenggara. Kelompok sosial ini bermukim di Tanah Genting Kra,
Provinsi Pattani, Thailand Selatan (Pantai Teluk Thailand). Pattani juga
merupakan salah satu nama dari empat provinsi di Thailand bagian
selatan yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam atau sekitar 80%
muslim. Di sebelah selatan, wilayah ini berbatasan langsung dengan
Malaysia bagian utara, Semenanjung Malaka, region Asia Tenggara.
Sementara di bagian utara dan barat, provinsi ini berbatasan langsung
dengan Provinsi Yala (Jala) dan Narathiwat (Menara) di mana kedua
provinsi ini pada masa lalu merupakan bagian dari Tanah Genting Kra atau
Pattani Raya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam prosentasenya, penduduk muslim di
Negeri Gajah Putih hanya sekitar 5,5% dari keseluruhan warga negara yang
mayoritas beragama Buddha (Asian Survey, Mei 1998). Dari 5,5% ini
hampir seluruhnya orang Melayu Pattani yang bermukim di Provinsi
Pattani. Fakta kuantitatif tersebut menyebabkan mereka terpinggirkan
secara sosial dan politik, serta menjadikannya sebagai sukubangsa
minoritas di Thailand. Karena hal itu pula, hingga kini, masih saja
muncul gerakan-gerakan perlawanan terhadap negara (penguasa) dari orang
Pattani. Salah satunya ialah gerakan separatis masyarakat Pattani yang
dikenal dengan dar al-Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dar al-Islam merupakan gerakan militan
yang bertujuan untuk memisahkan diri dari belenggu ketidakadilan dari
pemerintahan Kerajaan Thai (bangsa Siam / Ayuthaya). Selain itu, buntut
dari pelbagai persoalan di masa lalu yang tak kunjung usai juga menjadi
motif gerakan ini untuk mendeklarasikan negara Islam. Hal ini senada
dengan kondisi masyarakat Melayu Moro di Pulau Mindanao, Filipina bagian
Selatan, di mana sama-sama berkeinginan untuk memisahkan dari
cengkraman negara induknya, Filipina.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bila menilik dari sejarahnya, sejak abad
ke-11 M hingga tahun 1786, Kerajaan Pattani Raya merupakan sebuah
kerajaan dengan wilayah kekuasaan yang cukup luas, kira-kira luasnya
setara dengan luas wilayah negara Thailand saat ini plus beberapa area
yang kini termasuk teritori Malaysia Utara. Pada masa kejayaan Sriwijaya
di Nusantara, Pattani dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang terdapat
di daerah Semenanjung Melayu dan Sumatra sempat berada dalam kekuasaan
imperium Sriwijaya. Dari abad ke-7 M hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya
menguasai jalur pedagangan di Selat Malaka, dan menarik pajak dari para
pedagang yang melintasi dan berdagang di kawasan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Pattani sesungguhnya baru muncul di
sekitar abad ke-14 M. Sebelum itu, tanah Pattani adalah hak milik dari
kerajaan yang bernama Langkasuka. Langkasuka merupakan salah satu dari
puluhan kerajaan kuna di Asia Tenggara. Langkasuka berubah menjadi
Pattani pada abad ke-14 karena berbagai hal yang sifatnya
politik-ekonomi, terutama lantaran kerajaan ini berada di pusat
perdagangan dan bertemunya para merkantil dari Asia dan Eropa (Syed
Serajul Islam, 1998). Pedagang Arab mulai masuk sekitar abad ke-12, dan
mencapai puncaknya di abad ke-15 melalui para pedagang Arab yang
berlabuh di pelabuhan-pelabuhan milik Kerajaan Pattani Raya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa itu, pertumbuhan ekonomi
Kerajaan Pattani Raya tumbuh pesat. Oleh karenanya, interaksi semakin
intens antara raja Pattani dan masyarakatnya dengan para pedagang yang
berlabuh tadi, maka pada abad ke-15 raja Pattani mendeklarasikan bahwa
dirinya—yang juga diikuti masyarakatnya—memeluk Islam. Sejak itu,
Pattani dikenal sebagai masyarakat berbasis Islam dengan corak budaya,
organisasi sosial masyarakatnya, dan institusi pemerintahan yang tentu
berlainan dengan model Kerajaan Langkasuka yang berkiblat pada
Hindu-Buddha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, setelah berperang selama hampir
setengah abad (dari tahun 1785—1826 M), memasuki abad ke-19 akhirnya
Pattani dikalahkan kembali oleh Siam (Ayuthaya). Hal ini didukung oleh
pemerintah kolonial Inggris yang pada tahun 1826 M mengakui kekuasaan
Siam atas Pattani. Pada tahun 1902 M, Kerajaan Siam memberlakukan
kebijakan Thesaphiban yang menghapus seluruh sistem pemerintahan
kesultanan Melayu di Pattani. Sejak saat itu, Kerajaan Pattani semakin
lemah dan tertekan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di awal abad ke-20, ketika Perang Dunia
II meletus, bangsa Siam berpihak pada Jepang untuk menentang
kependudukan Inggris. Sementara itu, Tengku Mahmud Muhyiddin, salah
seorang putera mantan raja Pattani, berdinas dalam ketentaraan Inggris
dengan pangkat mayor. Ia kemudian membujuk penguasa kolonial Inggris
yang berkantor di India agar mengambil alih Pattani dan menggabungkannya
dengan Semenanjung Melayu. Pada 1 November 1945, sekumpulan tokoh
Pattani dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil menyampaikan petisi pada
Inggris agar empat wilayah di daerah selatan Siam dibebaskan dari
kekuasaan Siam dan digabungkan dengan Semenanjung Melayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembangannya, ternyata Inggris
tetap mengutamakan kepentingan dirinya sendiri sebagai tolok ukur dalam
mengambil keputusan. Dengan alasan tergantung pada pasokan beras dari
Siam, maka kemudian Inggris memilih tetap mendukung pendudukan Siam atas
Pattani. Pada tahun 1909 M, Inggris dan Siam menandatangani perjanjian
yang berisi pengakuan Inggris terhadap kekuasaan Siam di Pattani. Dalam
perjanjian itu, dijelaskan secara tegas mengenai batas wilayah kerajaan
Siam dan Semenanjung Melayu. Garis batas yang disepakati dalam
perjanjian tersebut sekarang menjadi daerah batas Malaysia dan Thailand.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari semua itu, sejarah panjang rakyat
Pattani kerap diwarnai dengan perang dan damai; dua keadaan ini datang
silih berganti. Namun, apapun kondisinya, ternyata rakyat Pattani tetap
memiliki kehidupan sosial budaya yang tidak jauh berbeda dengan kawasan
Melayu lainnya. Di Pattani, ternyata juga berkembang berbagai
pertunjukan dan permainan rakyat, seperti Makyong, mengarak burung,
wayang kulit Melayu, dan seni musik nobat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, permainan tradisional masyarakat
Siam, yaitu menora, juga digemari oleh masyarakat muslim Pattani. Dalam
permainan menora, terdapat unsur ritual, nyanyian, tarian dan lakon.
Berkaitan dengan alat-alat musik, yang berkembang luas di masyarakat
adalah serunai, nafiri, dan rebab. Sebagai bangsa yang hidup di dalam
kuasa bangsa Siam, di Pattani tetap muncul suatu perlawanan. Perlawanan
tersebut terefleksi dalam nyanyian rakyat ketika menidurkan anak (lagu
dodoi).</div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-64354579039323827942012-01-22T01:19:00.001-08:002012-01-22T01:19:36.234-08:00masuknya islam di thailand selatan<h3 style="text-align: justify;">
<strong>Sejarah Masuknya Islam di Thailand Selatan</strong></h3>
<div style="text-align: justify;">
Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10
Masehi melalui para pedagang dari Jazirah Arab. Penduduk setempat dapat
menerima ajaran Islam dengan baik tanpa paksaan. Kawasan Thailand yang
banyak dihuni umat muslim adalah wilayah bagian selatan yang berbatasan
langsung dengan Malaysia. Kantong-kantong muslim di daerah Thailand
Selatan ini diantaranya adalah propinsi <em>Pattani, Yala, Satun, Narathiwat dan Songkhla. </em>Di
propinsi-propinsi tersebut, rata-rata dihuni oleh sekitar 70 – 80
persen muslim. Selain itu, umat muslim juga tersebar di beberapa wilayah
lain, seperti di propinsi Pattalung, Krabi, dan Nakorn Srithammarat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pattani adalah salah satu wilayah
Thailand yang pernah mengukir sejarah gemilang kejayaan Islam. Pada abad
ke-15, negeri ini menjadi sebuah negara Islam terbesar di Asia Tenggara
dengan nama <strong>Kerajaan Islam Pattani Darussalam. </strong>Orang
Arab menyebutnya Al Fathoni. Pattani jatuh ke tangan Thailand pada tahun
1785 setelah kerajaan Thailand mengirimkan intelijen untuk mencari
rahasia kelemahan Pattani. Makar Thailand sangat licik sehingga akhirnya
berhasil meruntuhkan kekuasaan Pattani. Sultan Muhammad, raja Pattani
gugur sebagai syahid di medan pertempuran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jumlah umat Islam di Thailand relatif
kecil , yakni sekitar dua persen. Sumber lain menyebutkan ada sekitar
sepuluh persen dari jumlah penduduk Thailand. Namun demikian mereka
terus bertahan dan berusaha berda’wah, meski dalam serba keterbatasan.
Dalam bidang ekonomi mereka jauh tertinggal oleh para pengusaha Cina
yang beragama Budha. Demikian pula dalam bidang politik, pemerintahan
Thailand yang didominasi penganut Budha sangat meminggirkan umat Islam.
Salah satu kebijakan pemerintah Thailand yang merugikan umat Islam
adalah pernah memerintahkan kepada umat Budha agar menyebar ke daerah
selatan Thailand yang dihuni oleh umat Islam untuk mengimbangi dan
menggembosi kiprah umat Islam. Dalih mereka adalah umat Islam dituduh
sebagai penyebab timbulnya berbagai masalah politik dan sosial. Suatu
dalih yang terlalu dibuat-buat dan sama sekali tidak berdasar fakta.</div>
<div style="float: right; margin-right: 50px;">
</div>
<div style="float: left; margin-right: 0px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Budaya masyarakat muslim Thailand sangat
kental dengan budaya Melayu, karena memang rumpun Melayulah yang paling
menonjol dalam perjalanan panjang sejarah muslim Thailand sejak abad
ke-13. Selain itu, secara geografis, letak Thailand di bagian selatan
berbatasan langsung dengan negeri jiran Malaysia. Mata pencaharian
sebagian besar muslim Thailand adalah nelayan dan petani. Laut adalah
merupakan harta karun bagi mereka. Kesederhanaan dan kejujuran mereka
menjadi modal utama untuk bisa menciptakan kehidupan yang tenteram dan
bahagia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Fenomena religius tradisional masih bisa
disaksikan di sudut-sudut dusun. Misalnya, saat kembali pulang kerja
dari laut, kebiasaan mereka adalah membaca Al Qur’an di rumah bersama
keluarga. Mereka taat beribadah. Setiap kali adzan berkumandang, segera
mereka bergegas menuju masjid. Kostum sarung dan sorban merupakan
pakaian keseharian mereka. Rumah-rumah panggung, bilik bambu adalah
wajah kesederhanaan mereka. Di sana terbangun suatu komunitas religius
bagaikan sebuah perkampungan pesantren. Dalam bidang pendidikan,
anak–anak muslim memiliki dua sekolah. Sehari-hari mereka belajar di
sekolah pemerintah sekuler Thailand dan setiap pekan mereka belajar
membaca dan memahami Al Qur’an di sekolah Islam dibimbing oleh para
orang tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Latar belakang sejarah wilayah selatan
Thailand yang mayoritas muslim sangat berbeda dengan wilayah utara
(Siam) yang mayoritas Budha. Pattani misalnya, negeri ini tidak merasa
menjadi bagian dari Siam, karena baik secara ideologi, budaya, maupun
agama jelas tidak sama. Mereka dipaksa oleh pemerintah untuk menyatu
dalam sebuah negeri Budha tanpa mendapatkan kompensasai yang layak,
bahkan sampai dipasung kebebasannya untuk melaksanakan ajaran agama
Budha. Tentu saja, hal ini menyebabkan keinginan masyarakat muslim di
wilayah selatan untuk melepaskan diri dari pemerintahan Thailand.
Sementara pemerintah Thailand menghadapinya dengan tindak kekerasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan selanjutnya, nama Pattani
telah menjadi sebutan bagi seluruh wilayah muslim di Thailand selatan,
tidak lagi menjadi sebuatan sebuah propinsi di Thailand. Pattani telah
menjadi lambang perjuangan umat Islam. Di negeri ini, berdiri sebuah
mesjid yang menjadi lambang Islam, yaitu Masjid Pintu Gerbang atau
disebut juga Masjid Kerisek. Masjid ini di berada depan pintu gerbang
Istana Negara dengan lebar 15,10 meter, panjang 29,60 meter dan tinggi
6,5 meter. Tentara Thailand pernah membakar masjid bersejarah ini
sebanyak tiga kali, namun hingga sekarang masih bisa bertahan. Masjid
Pintu Gerbang ini menjadi penghulu masjid-masjid lainnya di Thailand
selatan yang jumlahnya sekitar 1.395 (tahun 1987).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1935 masjid Pintu Gerbang
diangkat menjadi situs negara dan dilarang untuk dijadikan sebagai
tempat ibadah. Tentu saja umat Islam tidak mau menerima keputusan
pemerintah tersebut. Berbagai upaya terus dilakukan, hingga demonstrasi
besar-besaran pada tahun 1988 menuntut agar masjid lambang umat Islam
tersebut diizinkan dijadikan tempat ibadah kembali. Hasilnya, pemerintah
memutuskan bahwa masjid tersebut tetap menjadi situs negara, tetapi
boleh dijadikan sebagai tempat ibadah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mesjid lain yang menjadi syiar Islam di
Thailand adalah Masjid Shalahudin Al Ayubi dan Masjid Kulusei. Masjid
Shalahudin Al Ayubi adalah sebuah masjid yang terletak di Nahofi.
Arsitektur bangunan masjid ini memiliki kesamaan dengan masjid Madinah
dengan dihiasi menara setinggi kira-kira 25 meter. Nama Shalahudin Al
Ayubi diambil untuk mengenang kemenangan beliau sebagai panglima Islam
dalam Perang Salib pada abad ke-12 M.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Masjid Kulusei adalah sebuah
masjid yang menyimpan legenda. Masjid ini hingga sekarang pembangunannya
tidak rampung, disebabkan adanya persengketaan antar keluarga dan antar
suku yang cukup serius. Pada abad ke-16 M, masjid ini dibangun oleh
seorang China Budha yang kemudian masuk Islam. Sebelum masuk Islam, ia
pernah bernadzar bahwa jika dirinya masuk Islam, maka ia akan membangun
sebuah masjid. Akhirnya, ia menjadi seorang muslim yang taat dan mulai
membangun masjid yang dinadzarkannya. Akan tetapi, seorang adik
perempuannya yang masih beragama Budha, sangat tidak senang melihat
perubahan pada diri kakaknya. Sang adik kemudian melakukan berbagai
macam cara untuk menggagalkan rencana kakaknya. Hingga kemudian
perseteruan adik-kakak tersebut berkembang menjadi perseteruan suku.
Orang-orang China Budha di daerah tersebut terkena makar, sehingga
merusak dan menghancurkan masjid tersebut. Hingga kini masjid Kulusei
tinggal dinding-dinding rapuh tanpa atap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Persengketaan antara penduduk muslim dan
pemerintahan Thailand itu terus memanas hingga dekade 70-an. Pembunuhan
dan berbagai tindak kekerasan lainnya sering dialami oleh para aktivis
Islam. Hal ini menimbulkan munculnya berbagai organisasi yang berhaluan
keras menuntut kemerdekaan Pattani, seperti Pattani United Liberation
Organization (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), dan
Barisan Revolusi Nasional (BNP).</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir-akhir ini, situasi pertentangan
Muslim dan pemerintah Budha Thailand mulai mereda. Pemerintah telah
melakukan beberapa perubahan sikap terhadap umat Islam dari selalu
curiga dan menekan, menjadi lebih terbuka, bersamaan dengan perubahan
iklim demokratisasi Thailand. Tindakan-tindakan kekerasan telah
berkurang dan bahkan umat Islam telah diikutsertakan dalam pemilu dan
juga menempatkan wakilnya secara proporsional di parlemen.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, pertentangan masih tetap ada,
karena selalu saja ada perbedaan cara pandang antara kedua pihak.
Organisasi-organisasi Islam masih tetap ada. Sayangnya, di antara mereka
terdapat pengelompokan yang menyebabkan terhambatnya perjuangan Islam
di Thailand. Kelompok modernis memiliki cara perjuangan yang berbeda
dengan kalangan tradisional. Demikian pula kelompok yang berada di
antara keduanya. Memang jalan perjuangan yang terbentang selalu
ditaburi oleh “duri-duri”. Thailand Selatan adalah salah satu sudut
dunia Islam yang mencoba mengembalikan kejayaan Islam di masa lalu
dengan menghalau segala “duri-duri” yang menghadang.</div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139186243938116947.post-91342871245583704242012-01-22T01:17:00.000-08:002012-01-22T01:17:00.753-08:00masuknya islam di romaRoma. Kota kuno yang begitu tersohor dibelahan dunia. Ibu kota negara
Republik Italia ini menjadi pusat agama Katholik. Pengambilan kebijakan
keagamaan umat Katholik terpusat di sana, di Vatikan. Italia terletak di
Eropa bagian selatan. Dari sejarah italia, Dahulu di sini terdapat
kerajaan Romawi pemuja para Dewa sampai Byzantium yang menganut Kristen.<br /><br />Sejarah
mencatat bahwa pasukan islam dibawah pimpinan halifah Abu Bakr
Ash-Shiddiq, pernah melakukan perang dengan kerajaan Romawi, menaklukkan
negeri Syam yang termasuk daerah teritorial kerajaan Romawi. Disinilah
kelihaian Khalid bin Al-Walid terlihat dalam membuat strategi perang
sehingga memenangkan peperangan, mengalahkan pasukan kerajaan Romawi
yang berjumlah 240 ribu personel<br /><br />Sedangkan masuknya islam,
menguasai kepulauan Sisilia sampai ekspedisi ke Italia utara pada abad
ke 8. Bahkan sampai ke kota Roma, terjadi saat pasukan muslim dari
Afrika utara. Sayangnya invasi pasukan Muslim ini kurang intensif.
Sehingga daratan Italia lepas dari tangan pasukan muslim. Pada tahun
1300 merupakan kehancuran benteng pertahanan Islam terakhir di Lucera,
Puglia, sehinga Islam hampir tidak ada lagi di Italia sejak zaman
penggabungan negara di tahun 1861 hingga tahun 1970-an.<br /><br />Tapi
pengaruh Islam di pulau Sisilia dan Italia terlihat dengan peninggalan
berupa Bangunan dan benteng peninggalan pasukan muslim di Italia masih
berdiri dan sekarang menjadi tempat pariwisata. Kontribusi islam saat
itu bagi kebudayaan Eropa berupa ilmu pengetahuan, seni, sastra,
arsitektur dan ilmu pengetahuan lainnya bahkan mempengaruhi pemikiran
bangsa Eropa di jaman renaissance yang bermula di negara ini. <br /><br />900
tahun kemudian, invasi Islam pun dilakukan kembali ke negara itu, namun
bukan lewat peperangan. Tetapi lewat para pekerja, pedagang dan pelajar
yang membawa Syiar Islam. . Sebagian besar dari mereka adalah imigran
dari Afrika utara, Albania, Bosnia, Turki, Arab dan dari negara Islam
lainnya. Kebanyakan mereka tinggal di pulau Sisilia, Roma, Milan, Turin
dan kota-kota besar lainnya. Bahkan Gelombang imigran muslim pun terus
bertambah dan mereka berbaur dengan masyarakat setempat.<br /><br />Masjid
dan Musholla bertumbuhan, organisasi Islam bermunculan dengan sekolah
Islam dan toko makanan halal mulai banyak berdiri. Jumlah Masjid
bertambah dari 16 menjadi 400 buah lebih hanya dalam jangka waktu 16
tahun. Syiar Islam pun menyebar dengan pesat. Bahkan berdiri masjid yang
megah, Masjid Agung Roma, atau yang biasa disebut “Grande Moschea
Masjid”. <br /> <br />
<br />Masjid
ini menjadi simbol toleransi keberagamaan di Italia. Letaknya di
Basilica, Santo Paulus Roma, persisi bersebelahan dengan Vatikan dan
Sinagog Yahudi. Berdiri di atas lahan seluas 30 ribu meter persegi,
masjid yang menjadi kebanggaan umat Islam Italia bahkan dunia ini mampu
menampung sekitar 40.000 jama’ah. Lebih mengangumkan lagi, masjid ini
merupakan masjid terbesar di daratan Eropa. Keberadaan masjid di tengah
kota Roma itu tak terlepas dari jasa almarhum Raja Faisal bin Abdul Aziz
Al-Saud, pemimpin Arab Saudi, yang meminta kepada Presiden Giovanni
Leone, yang menjabat presiden Republik Italia ke-6 sejak tahun
1971-1978, untuk membangun masjid bagi umat Islam Roma.<br /><br />Masjid
Agung Roma disebut sebagai masjid terindah di Eropa. Dari kawasan Lembah
Tiber, masjid itu tampak menjulang tinggi menyaingi Montenne Mountain,
sebuah bukit yang sangat subur di utara kota Roma. Arsitek terkenal
Italia, Paolo Portoghesi, dipercaya mendesain masjid ini setelah
menyisihkan 40 arsitek lainnya, bersama arsitek Avio Mattiozzi pada
tahun 1975. Portoghesi juga dosen sejarah arsitek di Universitas Roma. <br /><br />Hanya
dalam beberapa tahun saja jumlah pemeluk Islam di Italia meningkat
sampai dua kali lipat. Sangat mengejutkan karena ternyata Islam dapat
tumbuh dengan sangat pesat di negara yang sangat Katolik ini. Dan
sekarang Islam adalah agama terbesar kedua di Italia.<br /><div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<br />Sumber: <a href="http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2199310-sejarah-panjang-masuknya-islam-di/#ixzz1k56yjqn2" style="color: #003399;">http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2199310-sejarah-panjang-masuknya-islam-di/#ixzz1k56yjqn2</a></div>semua tentang islamhttp://www.blogger.com/profile/09343917491890448849noreply@blogger.com0